Sejarah
Masa Adven
Kata “Adven” berasal
dari kata Latin adventus atau bahasa Yunaninya, parousia,
artinya kedatangan. Maka masa Adven adalah masa yang dipusatkan pada kedatangan
Kristus sebagai Mesias dan Raja.
Masa Liturgi Adven
menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada
hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven
berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu
terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.
Masa Adven mengalami
perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Sejarah asal-mula Adven sulit
ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, yang bermula dari Perancis, Masa
Adven merupakan masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani, hari di mana para
calon dibaptis menjadi warga Gereja; jadi persiapan Adven amat mirip dengan
Prapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga
minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari. Pada tahun 380, Konsili lokal
Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami
oleh peraturan Prapaskah, Konsili lokal Macon, Perancis, pada tahun 581
menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours)
hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat.
Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan
Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan
menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.
Gereja secara bertahap
mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa Gelasian, yang menurut
tradisi diterbitkan oleh Paus St. Gelasius I (wafat thn 496), adalah yang
pertama menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari,
Paus St. Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun
doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja
menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan
akhirnya, Paus St. Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu
dalam Masa Adven menjadi empat.
Meskipun sejarah Adven
agak “kurang jelas”, makna Masa Adven tetap terfokus pada kedatangan Kristus
(Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”). Katekismus
Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi
Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat
beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama
Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua”
(no. 524).
Yang
khas pada Masa Adven
Warna
Liturgi
Sepanjang Masa Adven, warna liturgi yang digunakan adalah ungu,
yang melambangkan pertobatan dan penyesalan.
Lingkaran
Adven
Di Gereja maupun dalam doa-doa di Lingkungan atau Wilayah,
biasanya ditempatkan lingkaran Adven atau corona Adven.
Tidak ada kidung Kemuliaan
Selama masa Adven, kidung Kemuliaan tidak dinyanyikan dalam
perayaan Ekaristi. Kemuliaan baru akan dinyanyikan saat Natal.
Unsur dan Makna Lingkaran Adven
1. Rangkaian daun cemara (atau daun
lain warna hijau) dalam bentuk lingkaran
Melambangkan hidup yang saling berjalinan. Kita hidup dalam satu persekutuan jemaat yang saling berhubungan, saling berkaitan, dan saling membutuhkan. Rangkaian berbentuk lingkaran juga melambangkan Tuhan, simbol keabadian dan belas kasihnya yang tanpa awal dan tanpa akhir.
Melambangkan hidup yang saling berjalinan. Kita hidup dalam satu persekutuan jemaat yang saling berhubungan, saling berkaitan, dan saling membutuhkan. Rangkaian berbentuk lingkaran juga melambangkan Tuhan, simbol keabadian dan belas kasihnya yang tanpa awal dan tanpa akhir.
Rangkaian Adven ini biasanya terbuat
dari dedaunan segar, hendak melambangkan Kristus yang datang untuk memberi kita
hidup baru melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya.
Warna hijau dedaunan untuk rangkaian melambangkan harapan kita akan kehidupan baru serta pembaruan Allah dalam hidup kita, serta hidup abadi nanti.
Warna hijau dedaunan untuk rangkaian melambangkan harapan kita akan kehidupan baru serta pembaruan Allah dalam hidup kita, serta hidup abadi nanti.
2. Empat buah lilin
3. Lilin yang bernyala melambangkan
jalan terang yang mengusir segala kegelapan (resah, gelisah, kecemasan, dosa,
dsb); juga melambangkan sarana-sarana kebaikan yang memperkokoh persatuan jemaat.
Selain itu lilin juga dapat bermakna Kristus sensiri, Sang Cahaya Sejati yang
menerangi segala sesuatu.
4. Lilin berjumlah empat melambangkan
empat minggu lamanya kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Kristus pada
hari Natal. Setiap minggu, satu lilin akan dinyalakan hingga keempatnya menyala
bersamaan pada minggu keempat. Penyalaan lilin melambangkan perpindahan kita
dari kegelapan dunia menuju terang dunia. Satu persatu lilin yang menyala
setiap minggu, melambangkan cahaya sejati yang semakin hari semakin terang, dan
juga lambang kedatangan Kristus, Cahaya Sejati, yang semakin dekat.
Keempat lilin itu terdiri dari 3 lilin warna ungu dan 1 lilin warna merah muda. Lilin ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban. Sedang lilin merah muda yang biasanya dinyalakan pada Minggu Adven ketiga, melambangkan Minggu Gaudate--melambangkan Sukacita, pertanda persiapan kita pada saat itu telah mendekati akhir.
Keempat lilin itu terdiri dari 3 lilin warna ungu dan 1 lilin warna merah muda. Lilin ungu melambangkan tobat, keprihatinan, matiraga atau berkabung, persiapan dan kurban. Sedang lilin merah muda yang biasanya dinyalakan pada Minggu Adven ketiga, melambangkan Minggu Gaudate--melambangkan Sukacita, pertanda persiapan kita pada saat itu telah mendekati akhir.
5. Tali atau tiang untuk menggantung
atau menopang Lingkaran Adven. Tapi bisa juga lingkaran adven diletakkan di
meja saja.
©johnberek99.blogspot.com
/dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar