bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Senin, 07 Mei 2018

SEPENGGAL SURAT BUAT ORANG TUA


Yts.     Bapa dan Mama
di – Kenisah Surgawi.

Dengan ini saya khabarkan bahwa, kami sekeluarga sehat-sehat saja. Semoga bapa dan mama serta seluruh keluarga besar juga sehat-sehat di sana.

Cucu-cucu sudah pada usia remaja, Yinni sekarang sudah kuliah di Undana Semester IV, menekuni ilmu Psikologi, salah satu bidang ilmu yang diimpikan sejak bangku SMP, katanya mau jadi psikolog seperti opa Yan.

Kemarin, Lia telah  menerima hasil  pengumuman kelulusan SMA Giovanni. Bapa dan mama bantu mendoakan cucu kedua agar dapat melanjutkan kuliah sesuai dengan pilihannya.

Sekian dulu Bapa dan mama, peluk cium dari kami sekeluarga di sini. Tak lupa titip salam kami buat opa Yan dan semua sanak keluarga yang berada di sana.

                                                                                                                                                                                                                                                        ©johnberek99@blogspot.com

Rabu, 02 Mei 2018

KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN

Bulan Nopember 2017, saya dan Pak Andy mengantar tim dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) untuk melakukan evaluasi akhir pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah, yang merupakan Program Prioritas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam perjalanan dari Kupang menuju So’e yang merupakan ibu kota kabupaten TTS, saya memberi gambaran umum kepada Tim Unibraw tentang sosial budaya dan adat istiadat masyarakat TTS pada umumnya, dengan harapan mereka nantinya dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat pada saat melakukan wawancara dengan aparat desa, pengurus dan anggota kelompok penerima manfaat, sehingga ketika melakukan wawancara mereka bisa mendapatkan data dan informasi yang akurat, obyektif, terkini, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Setiap kali kami sampai di desa yang menjadi locus, kami selalu disambut oleh kepala desa beserta pengurus dan anggota kelompok bertempat di kantor desa. Kami disambut dengan Natoni dilanjutkan dengan pengalungan selendang pada leher.

Lalu salah satu anggota Tim Unibraw bertanya kepada saya : “pak John, memangnya setiap kali kami datang ke desa, kami selalu diberi selendang?

Lalu saya menjawab : “ Ya”

Kemudian disambung oleh temannya yang lain sesama tim : “wah, kalo begitu, ketika pulang ke Malang, kita bisa bawa banyak selendangnya”.

Mendengar itu, saya hanya tertawa kecil.

Lalu saya menjelaskan kepada mereka bahwa, Natoni adalah sapaan adat sebagai ungkapan pesan yang dinyatakan dalam bentuk  syair-syair kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang penutur (atonis) yang kemudian ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping atau pengikut (na he’en) yang dimiliki oleh Suku Timor yang tersebar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Kupang.Natoni merupakan ungkapan lisan yang berisi pantun dan petuah tradisional yang sejak jaman leluhur diturunkan regeneratif, mencakup fenomena-fenomena yang terjadi, histori, batas regional suatu tempat, kata-kata sambutan, ucapan selamat datang, penyampaian maksud secara tersirat untuk melamar/meminang dan sebagainya.

Sedangkan pengalungan selembar Tais atau kain timor entah selendang, sarung, atau selimut, digunakan untuk menyambut kedatangan tamu. Selembar Kain Timor dimaknai untuk mengikat tali persahabatan, persaudaraan dan penghormatan kepada tamu yang baru saja tiba. Setelah pengalungan kain biasanya diikuti dengan saling berjabat tangan dan cium hidung, dan makan sirih pinang.

Tak terasa waktu seminggu  melakukan pengambilan data dan informasi telah usai, kini tiba saatnya mereka akan kembali ke Malang, saya mengantar mereka dari So’e langsung ke bandara El Tari Kupang, ketika hendak masuk ke dalam ruang check in nampak mereka melilitkan selendang pada leher  masing-masing. Melihat itu saya bertanya, “mengapa kalian melilitkan selendang pada leher” sontak saja seperti alunan koor yang mendapat perintah dari sang dirigen, mereka menjawab secara bersamaan “KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN”


©johnberek99.blogspot.com

Jumat, 27 April 2018

CARA ANAK AYAM PECAHKAN KULIT TELUR SAAT MENETAS

Foto: nuansa-baru.com

Kita semua pasti mengenal ayam kampung atau ayam bukan ras (Buras) [Gallus gallus domesticus] yang telah terkenal di seluruh pelosok nusantara. Ayam buras dipelihara oleh sebagian besar masyarakat pedesaan untuk memenuhi sumber protein hewani baik daging maupun telur bagi keluarganya.

Ayam buras berkembang biak dengan cara bertelur, dan dari telur yang dihasilkan ada yang dimanfaat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, dan adapula ditetaskan untuk meningkatkan populasi.Untuk sampai pada penetasan telur ayam, maka telur perlu dierami terlebih dahulu baik oleh induk ayam atau menggunakan mesin tetas selama 21 hari atau 3 minggu.

Nah, tahukah anda, bagaimana cara anak ayam memecahkan telur saat menetas?

Kulit telur (cangkang) ayam memiliki struktur yang kuat sehingga sulit dipecahkan. Cangkang yang kuat ini disebabkan karena adanya peran Protein Osteopontin. Semakin tinggi kandungan protein osteopontin semakin tebal dan kuat cangkang telur.
Namun seiring dengan berjalannya waktu pengeraman, kandungan protein osteopontin akan berkurang kadarnya sehingga menyebakan cangkang menipis sehingga memudahkan anak ayam memecahkannya lalu keluar.

Sekitar 3 hari sebelum penetasan selesai, proses meretakkan (Pipping) cangkang akan dimulai. Pipping adalah saat anak ayam dalam telur mulai mematuk cangkang untuk keluar dari telur. Peretakan bagian dalam terjadi ketika anak ayam menerobos masuk ke dalam kantung udara dan mulai bernafas.
Sedangkan peretakan bagian luar terjadi ketika anak ayam menerobos cangkang. Pada saat inilah kandungan protein osteopontin telah berkurang kadarnya sehingga membuat cangkang menjadi tipis selain itu anak ayam menarik kalsium dan mineral lainnya dari cangkang, menyebabkan cangkang menjadi rapuh dan membuatnya lebih mudah untuk dipecahkan.
Semakin mendekati waktu menetas, dan embrio tidak bisa lagi mendapatkan cukup oksigen melalui pori-pori cangkang, ia akan menggunakan gigi telur untuk membobol kantung udara yang berada di bagian ujung tumpul dari telur. Di sana ia akan mendapatkan oksigen yang cukup hingga waktunya untuk keluar dari cangkang. Otot untuk melakukan peretakan terdapat di belakang leher burung kecil ini akan mulai kejang, memberikan cukup dorongan bagi anak ayam untuk melakukan peretakan melalui membran luar cangkang, kemudian melalui cangkang itu sendiri untuk membebaskan diri.

Adanya kandungan protein osteopontin dalam telur ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh  Marc McKee, salah satu peneliti sekaligus profesor biologi sel Universitas McGill  yang dimuat dalam Jurnal Science Advances, sebagaimana dikutip dari Newsweek, Sabtu (31/3/2018.
Mereka memperoleh kesimpulan demikian setelah mengambil sejumput tipis lapisan kulit telur. Selanjutnya, lapisan tersebut ditaruh di bawah mikroskop yang canggih demi mendapatkan hasil yang akurat.
Mikroskop tersebut mampu mengamati hingga struktur nano sehingga konsentrasi mineral pada kulit telur pun bisa terlihat.
Dari pengamatan tersebut, didapatkanlah protein osteopontin, sebagai struktur nano cangkang telur. Ketakjuban terhadap cangkang telur pun dilontarkan para peneliti. Pasalnya, hanya butuh waktu sekejap untuk membentuk struktur cangkang telur yang begitu kompleks.
McKee bahkan menyatakan, pembuatan cangkang telur sebagai sistem mineral tercepat yang pernah dikerjakan organisme hidup.
“Seekor ayam petelur membentuk cangkang telur seberat 0,2 ons selama 17 jam, dan itu hampir tiap hari,” imbuh McKee.

©johnberek99@blogspot.com

Rabu, 25 April 2018

KELABBAMAJA, GRAND CANYON IN SAWU

Setiap kali, bila ditugaskan ke kabupaten Sabu Raijua, saya selalu menolak dengan berbagai alasan, namun entah mengapa, kali ini ketika ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan aset SPARC di Sabu Raijua saya langsung mengamininya tanpa pikir panjang lagi.

Bersama-sama dengan tim dari Kementerian Lingkungan Hidup, UNDP Pusat, SPARC Pusat dan SPARC Provinsi Nusa Tenggara Timur, kami pun berangkat ke Sabu menggunakan pesawat Susi Air.

Dalam perjalanan ke lokasi, ibu Sisca dari SPARC Provinsi Nusa Tenggara Timur bertanya kepada saya, “ pak John, sudah pernah ke Kelabba Maja”
dengan cepat saya menjawab “belum” disambung oleh ibu Rani dari SPARC Pusat dengan aksen Jakarta “blom, pengennya ke sana, bila pekerjaanya cepat selesai”.
Lalu dijawab oleh ibu Sisca, “besok siang kita ke sana setelah selesai Rakor”
Keesokan harinya selesai rakor di Aula kantor Bupati Sabu Raijua, walaupun hujan baru saja  redah, kamipun berangkat ke kelabba Maja di pandu oleh pak Pace selaku koordinator SPARC kabupaten Sabu Raijua.

Untuk mencapai lokasi tersebut, kami tempuh dengan waktu ± 1 Jam dengan menggunakan kendaraan roda empat.  Bila menggunakan roda duamungkin waktu tempuh lebih cepat sekitar 30 menit dari Seba.
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Sesampainya di Kelabba Maja, saya berpikir bahwa tempatnya biasa-biasa saja, ternyata tidak kalah dengan/bahkan hampir menyamai Grand Canyon di Arizona Amerika Serikat atau bukit pelangi Danaxia Landform di Tiongkok.

Ternyata fenomena geologis yang sangat mirip Grand Canyon atau Danaxia Landform ada juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur.Ngarai ini terletak di Dusun Kelanalalu, Desa Wadu Medi, Kecamatan Hawu Mehara Kabupaten Sabu Raijua.
Jika Mahameru di Provinsi Jawa Timur terkenal dengan puncak abadi para dewa, maka Kelabba Maja merupakan ngarainya para dewa. Kelabba Madja terdiri dari dua kata, yakni Ke’labba yang diartikan sebagai tanah abu dan Madja yang berarti nama dewa atau sering disebut sebagai "tempat para dewa".
Warga setempat mempercayai Kelabba Maja sebagai tempat yang sakral dan berdiamnya Dewa Maja atau dewa bagi masyarakat yang tinggal di Dusun Kelanalalu, oleh karena itu pengunjung dilarang menyebutkan kata-kata kotor seperti memaki dan lainnya saat berada di area lokasi ini.
Kelabba Maja terdiri dari tiga batu besar yang melambangkan bapak, ibu dan anak yang di tengahnya terdapat batu yang dijadikan altar persembahan kurban bagi Dewa Maja. Lokasi itu dikelilingi oleh batu-batu granit yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Alangkah indahnya dinding-dinding batu tersebut bila disinari oleh sinar matahari, aneka warna tersebut dihasilkan dari mineral dalam bebatuan seperti merah marun, merah muda, cokelat, dan kelabu. Terlihat juga pilar-pilar batu berjenis granit berwarna merah muda dengan komposisi puncaknya seperti jamur dengan dominasi warna merah tua.
Dok. Pribadi

Efrain Wue Bagi
Menurut Efrain Wue Bagi, sebagai penjaga pintu masuk Kelabba Maja, bahwa jumlah pengunjung sekitar 20-30 orang per hari, pengunjung biasanya melonjak pada hari-hari libur seperti Sabtu, Minggu, dan hari libur lainnya. Dengan mengisi buku pengunjung dan membayar Rp. 5.000,-/orang, maka kami sudah dapat berfoto ria sambil menikmati indahnya ngarai Kelabba Maja.

Namun Kelabba Maja belum mendapat perhatian yang serius oleh  Dinas Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua sebagai salah satu tujuan destinasi wisata alam yang ada di kabupaten Sabu Raijua.

Bila anda tidak mempunyai banyak uang dan kesempatan ke Grand Canyon Nation Park di Arizona Amerika Serikat atau bukit pelangi Danaxia Landform di Tiongkok, maka datang saja ke Kelabba Maja dijamin anda pasti puasssss.

Jangan anda bangga telah berkunjung ke Sabu, bila belum sampai ke Kelabba Maja.


©johnberek99@blogspot.com