bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Rabu, 20 Juli 2016

KAYU DO'I



Dengan kemajuan dibidang teknologi dan informatika membawa dampak terhadap jenis-jenis permainan jaman sekaran, seperti game online yang lagi booming saat ini yakni Pokemon Go dan jenis permainan modern lainnya, sehingga permainan tradisonal mulai kurang diminati bahkan tidak pernah dimainkan lagi.

Masih dalam ingatan saya ketika masih kecil, ada satu permainan yang dikenal dengan nama Kayu Do’i. Disebut permainan Kayu Do’i karena untuk memainkan permainan ini menggunakan 2 (dua) buah batang kayu, dimana yang satu ukuran panjangnya ± 10 cm dan kayu yang dikenal dengan anak kayu, yang lain panjangnya ± 30 – 40 cm yang dikenal dengan induk kayu. Anak kayu diletakkan di letakkan melintang di dalam lubang seukuran ± 15 x 10 cm dengan kedalamam ± 5 cm. Kemudian induk kayu dipakai untuk mengayunkan anak kayu sehingga anak kayu melambung jauh ke depan. Mengayunkan/mencungkil kayu tersebut yang dinamakan “do’i” (bahasa Kupang) karena untuk mengayunkannya/mencungkil menggunakan kayu sehingga disebut “Kayu Do’i” (mencungkil kayu).
Permainan ini bisa dimainkan secara berkelompok atau satu lawan satu, namun yang paling seru dan lasim dimainkan adalah secara berkelompok, dimana satu kelompok melawan kelompok yang lain.
Sebelum permainan dimulai, kedua kelompok bersepakat untuk menentukan batas nilai untuk mencapai pemenang misalnya poin 500, 1.000 atau bisa lebih dari itu tergantung kesepakatan. Sehingga kelompok mana yang duluan mengumpulkan nilai sampai yang telah ditentukan, maka kelompok itu sebagai pemenangnya. Selain itu mereka juga bersepakat tentang hukuman yang harus diterima bagi kelompok yang kalah, biasanya hukuman yang diberi adalah anggota kelompok yang kalah harus “mendongko” (bahasa kupang) atau memanggul dari belakang anggota kelompok yang menang.

Ketika anak kayu di cungkil dan melambung jauh lawan harus berusaha menangkapnya, apabila dapat menangkap dengan dua tangan maka poin 10, kalau dapat menangkap dengan menggunakan satu tangan, maka mereka berhak bertukar giliran sebagai kelompok yang mencungkil kayu.
Selain  kelompok lawan biasa menangkap kayu menggunakan satu tangan, maka apabila mau bertukar giliran, maka kelompok lawan harus mampu melempar anak kayu mengenai induk kayu yang diletakkan di belakang lubang.

Perhitungan poin dilakukan dengan dua cara yakni : 1) pukulan doble di udara, setiap dobelan poin-nya 1, sehingga kalau seseorang mampu mendoble-nya sampai 10, maka poin-nya 10;
2) Paling seru adalah yang biasa disebut “Kepala Anjing” anak kayu diletakkan memanjang searah lubang dengan ujung kayu sedikit terangkat ke atas, lalu ujung kayu yang terangkat di pukul sehingga anak kayu melambung ke atas, kemudian anak kayu di pukul doble beberapa kali kemudian di pukul hingga jauh. Kemudian dengan menggunakan induk kayu menghitung dari tempat anak kayu jatuh hingga ke lubang dengan menggunakan ukuran panjang induk kayu. Apabila jaraknya sama dengan 20 kali induk kayu dan jumlah pukulan doble di udara 5 kali, maka nilainya 20 x 5 = 100 poin.

Namun permainan ini sudah tidak dimainkan lagi oleh anak-anak seperti saya dulu.
Permainan ini, dahulu biasanya saya dan teman-teman bermain di waktu sore hari sepulang sekolah dan hari-hari libur.
Bila saya mengenang kembali permainan ini, ingin rasanya kembali ke masa saya ketika masih anak-anak dahulu.*****)
©johnberek99.blogspot.com

Selasa, 12 Juli 2016

19 TAHUN PERKAWINAN



Di hari ini, di tanggal ini, di bulan ini, 19 tahun yang lalu, sebuah biduk dilepas untuk mengarungi lautan yang amat luas untuk mencapai suatu pulau yang penuh dengan kebahagiaan. Biduk yang dinakhodai oleh sepasang anak manusia keturunan Adam dan Hawa, sepasang anak manusia yang berjanji dan bersumpah untuk membawa biduk tersebut sampai ke tempat tujuan nan indah dengan selamat.

Sembilan belas tahun biduk tersebut telah berlayar, namun belum jua sampai pada pulau impian. Dalam pelayaran tersebut biduk tersebut kadang terombang-ambing dipermainkan  arus dan gelombang yang ganas, diterpa badai dan topan yang dasyat, namun sepasang nakhoda tetap tabah dan saling bekerjasama untuk membawa biduk tersebut terus berlayar, mendayung menghadapi rintangan dan cobaan yang menerpa.

Selama sekian waktu berlayar, kini dalam biduk tersebut telah bertambah dua orang anak buah kapal (ABK) yang senantiasa menghibur, bercengkrama, membantu sepasang nakhoda tersebut. Dalam perjalanan, kedua ABK tersebut telah diajarkan bagaimana cara bertahan dan selalu optimis dalam mengarungi lautan yang luas dengan segala tantangan, kedua ABK tersebut telah diajarkan bagaimana mengenal tanda-tanda akan terjadi bencana dan selalu berpegang pada sang bintang yang maha terang sebagai penunjuk arah jalan sehingga tidak mudah tersesat. Mereka juga telah diajarkan untuk selalu menghormati dan menyayangi satu sama lain, antara kakak dan adik, antara anak dan orang tua. Mereka juga telah diajarkan untuk menjadi elang bukan menjadi ayam.


Di hari ini, di tanggal ini, di bulan ini genap sudah 19 tahun biduk berlayar dan akan terus berlayar menuju pulau impian yang didambakan. Kini kedua nakhoda tersebut sudah mulai termakan usia, namun semangat mencapai pulau impian tersebut tetap membara. Mereka tidak takut karena cinta yang tumbuh seiring menuanya tubuh, tidak akan berubah walau kesusahan pernah membuat mereka pilu.*****)
©johnberek99.blogspot.com

KULI PEMERINTAH



Pagi ini aktivitas kendaraan di jalan raya mulai ramai kembali setelah seminggu senyap. Jalan yang biasa lengang kini nampak sembrawut. saling melambung/nyelip, terobos traffic light sudah menjadi pemandangan umum.

Pagi ini juga para “kuli pemerintah”  berpacu dengan waktu dan kendaraan lain untuk datang lebih awal di awal hari kerja setelah “tidur kerja” seminggu. nampak para “kuli pemerintah” bergegas dan saling merebut mesin perekam kehadiran bodoh yang selalu setia menanti uluran jari-jari halus dan jari-jari kasar para “kuli pemerintah” karena takut asap dapurnya  keluar senin kamis. Nampak “mandor pemerintah” dari “perusahan pemerintah” atas perintah peraturan yang bertugas mengawasi para “kuli pemerintah” berebut mesin tersebut. Hal ini menarik perhatian seorang tamu pemerintah yang sedang duduk disudut ruangan ingin bertemu sang bos pemerintah tersenyum lucu melihat keadaan ini.

Setelah “para kuli” pemerintah menghadap mesin bodoh tersebut, mereka turun ke pelataran bawah untuk bersiap-siap mendengar amanat sang bos.
Sang bos, karena sudah bangun dari “tidur kerja” seminggu, sangat bersemangat memberi amanat yang berapi-api bagaikan “pesuruh rakyat” yang ingin menduduki kursi rakyat di gedung yang dibangun oleh rakyat dengan menggunakan uang rakyat pula.

Setelah selesai amanat dari sang bos, rapat dengar pendapat pun selesai, dan masing-masing “kuli pemerintah” membubarkan diri dan masuk ke ruangan masing-masing seperti domba-domba yang masuk ke dalam kandang mereka, selanjutnya ada yang bekerja, bercerita seputar “tidur kerja” ada yang duduk mengantuk karena semalam menonton para jawara eropa saling baku bunuh di lapangan hijau menggunakan si bundar kecil temuan suku Guarani di Paraguay yang kemudian di klaim oleh orang inggris sebagai penemunya.*****)
 ©johnberek99.blogspot.com

Sabtu, 09 Juli 2016

SURGA WISATA PANTAI ETI KO’U



Pantai Eti Ko'u
Bercerita tentang wisata pantai di Nusa Tenggara Timur tak akan pernah habis-habisnya. Provinsi dengan panjang garis pantai mencapai 5.700 km ini menyimpan banyak obyek wisata pantai yang belum di ekspose. Salah satu obyek wisata pantai tersebut adalah Pantai “Eti Ko’u”.
Bila anda mendengar nama pantai ini, mungkin anda akan bertanya, dimana letak pantai ini?, dan saya sangat yakin bahwa anda mungkin belum tahu dan belum sampai ke pantai ini.

Pantai “Eti Ko’u” terletak di Dusun Puru Desa Merbaun Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Menurut Franky Amtiran salah seorang masyarakat dusun Puru yang ikut mengelola dan menjaga pantai ini menuturkan bahwa nama “Eti Ko’u” berasal dari bahasa setempat yang berarti meting besar. Mungkin karena ketika air laut surut membentuk daratan yang luas sehingga masyarakat beramai-ramai turun mencari rumput laut dan ikan yang terjebak di karang. Sedangkan nama “Puru” berarti “ singkatan dari “PUlang RUgi” karena apabila anda datang ke Amarasi Selatan namun tidak sampai ke pantai Eti Ko’u, maka anda akan merasa rugi  tidak menikmati keindahan pantai Eti Ko’u. Namun orang lebih mengenalnya dengan nama pantai PuRu.


Untuk dapat sampai di pantai Eti Ko’u, maka anda harus menempuh perjalanan darat menggunakan kendaraan baik mobil atau sepeda motor kurang lebih 33 km dari Kota Kupang atau 8 km dari Baun yang adalah Ibu Kota Kecamatan Amarasi Barat.

Infrastruktur jalan pada umumnya dari Kota Kupang ke Baun baik dan hotmix. Sedangkan dari Baun ke Pantai PuRu yang berjarak kurang lebih 8 KM akan melalui jalan beraspal sepanjang kurang lebih 2 KM sedangkan sisanya jalan pengerasan yang ditimbuni dengan tanah putih.

Namun anda tak perlu kuatir, karena sepanjang jalan mata anda akan selalu dimanjakan dengan pemandangan pohon-pohon yang tumbuh tinggi dan rindang yang diselilingi dengan tanaman petes (lamtoro) yang merupakan pakan ternak andalan dalam penggemukan sapi Bali di Timor.
Di pintu masuk ke lokasi pantai Eti Ko’u, anda harus merogoh saku untuk membayar pass masuk sebesar Rp. 10.000,-/mobil dan Rp. 5.000,-/sepeda motor.
Rasa capek dan penat akan terlupakan seketika anda telah sampai di pantai Eti Ko’u. Pantai dengan air laut yang biru dan bersih terpantul sinar matahari, pantai dengan butiran pasir putih nan halus dan bersih sepanjang bibir pantai, pantai yang menawarkan keindahan, pantai dengan pulau karang yang terdapat di tengah laut mirip “tanah lot” di pulau Bali tempat yang cocok untuk outbond, membuat foto preweeding ataupun berselfi ria.

Disana juga terdapat lopo-lopo kecil berdinding bambu dan beratap daun gewang, dengan membayar Rp. 25.000,- anda sudah dapat menyewa lopo tersebut untuk dapat bersantai menikmati keindahan pantai. Di pantai tersebut tersedia juga kamar mandi untuk membersihkan badan setelah berenang di laut dan untuk berganti pakaian. tempat sampah. Selain itu terdapat tempat sampah di sudut-sudut pantai. Om Frengky Amtiran yang bertugas mengawasi dan pemungut sampah untuk dikumpulkan kemudian dibakar. Penjagaan, penataan, dan keamanan pantai dilakukan oleh swadaya masayarakat dusun PuRu sendiri.


Untuk dapat meningkatkan pendapatan Asli Daerah desa Merbaun perlu perhatian yang serius dari pemerintah desa Merbaun dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang dalam menjaga keamanan dan kebersihan serta menambah fasilitas penunjang lainnya seperti ayunan duduk, perosotan di obyek wisata pantai Eti Ko’u.*****)
                                                                                                          
                                                                                                                          ©johnberek99.blogspot.com