bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Jumat, 29 Mei 2015

Kesepian Lelaki Tua

Seorang laki-laki tua membawa HP-nya untuk diperbaiki ditempat service HP…..
SELANG BEBERAPA MENIT
Tukang service berkata : “Tak ada HP yang rusak pada HP bapak ini…..”
Sambil menetes air mata lelaki tua itu berkata : “Tapi mengapa anak-anak tidak menelepon saya?”
Demikian sepenggal status yang dimuat pada walls facebook teman saya.
Setiap orang tanpa memandang status social, umur, maupun jenis kelamin pasti pernah mengalami rasa kesepian.
Bila menyimak status tersebut, terlihat bahwa lelaki tua tersebut merasa galau dan kesepian karena jauh dari anak-anak yang mungkin saja sudah dewasa dan telah menikah, atau sedang menuntut ilmu di luar kampung halaman, hal ini selaras dengan sebuah Riset yang dilakukan pemerintah Inggris untuk melihat harapan hidup dan pengalaman hidup dari 1.867 orang dewasa menunjukkan bahwa 72% dari orang berusia 75-an tahun yang ditanyai mengatakan mereka tidak pernah merasa kesepian, dibandingkan dengan 51% orang berusia 16 hingga 34 tahun. 10% orang berusia 65 dan 74 tahun mengatakan mereka kadang-kadang atau sering merasa kesepian. Di antara mereka yang berusia 50 hingga 59 tahun, angka menunjukkan 21%. Para peneliti menunjukkan bahwa “usia puncak untuk merasa terasing adalah antara 50 dan 59 tahun, yang bisa terkait dengan anak-anak meninggalkan rumah dan, untuk beberapa orang, pensiun dini.”
Untuk itu anak-anak yang tinggal jauh hendaklah sering menelepon orang tua menanyakan keadaaannya, mendengar keluhan mereka, memberi kesempatan kepada orang tua untuk dapar berbicara/bercerita dengan cucu-cucunya, janganlah memperhitungkan biaya pulsa, hal itu tidak sebanding dengan kasih sayang yang diberikan terhadap anda selama ini. Hendaklah buat jadwal  untuk mengunjungi dan bertemu muka dengan mereka, bawalah anak-anak serta cucu-cucu mereka agar mereka dapat mendekap erat darah daging mereka.
Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya.
©johnberek99.blogspot.com

Rabu, 27 Mei 2015

Sehari di Singapura


Tahun 2012, tepatnya tanggal 29 Oktober s/d 16 Desember 2012 saya diberi kesempatan oleh Kepala Bappeda Provinsi NTT untuk mengikuti Diklat Kepemimpinan Tingkat III (PIM III) bertempat di Badan Diklat Provinsi NTT di Kupang. Dalam mengikuti Diklat tersebut kami diwajibkan mengikuti Observasi Lapangan (OL) yang bertujuan meningkatkan kepekaan peserta Diklat PIM III dalam menanggapi fenomena dan praktek pelayanan public yang dapat diamati di Kota Batam.
OL tersebut dilaksanakan selama seminggu di Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau sejak tanggal 25 Nopember s/d 1 Desember 2012.
Tanggal 25 Nopember 2012 kami menginjakkan kaki di Bandara Nang Hadim, kemudian kami dijemput dan diantar ke Hotel Harmoni One tempat kami menginap selama berada di kota Batam.

Depan Hotel Harmoni One Batam
 Selama tiga hari kami menyelesaikan tugas OL hingga seminar hasil OL.
Pada hari ke-4 tanggal 29 Nopember 2012, kami pelesir ke Singapura, berangkat dari pelabuhan ferry Batam Centre pukul 09.00 WIB menempuh perjalanan laut selama ±1 jam dan tiba di terminal ferry Habour Front  Centre pukul 11.00 waktu Singapura (waktu singapura sama dengan witeng). Dari terminal feri kita akan langsung masuk ke Harbour front Center, yang memang satu gedung dengan pelabuhan feri. Harbourfront Center adalah salah satu shopping mall yang megah di Singapura. Gedung ini juga terhubung dengan VivoCity, sebuah pusat entertainment dan belanja baru yang bahkan lebih megah lagi. Dari VivoCity ini, kita bisa naik monorail Sentosa Express ke pulau Sentosa.

Terminal Ferry Batam Centre
Habour Front Centre
Dari Harbour Front Centre kami menuju ke destinasi wisata pertama yakni Patung Merlion yang merupakan simbol dari negara Singapura dan juga menjadi ikon Singapura. Nama Merlion merupakan gabungan dari “mermaid” dan “lion” atau dalam bahasa Indonesia adalah ikan duyung dan singa. 
Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Singapura banyak yang mengambil foto-foto mereka yang sedang berada di tempat ini sebagai kenang-kenangan dan juga dapat menjadi bukti bahwa sudah pernah ke Singapura.
Patung Merlion

Setelah foto-foto di Patung Herlion kami melanjutkan perjalanan ke Marina Bay Sands. Marina Bay Sands adalah ikon sekaligus tempat wisata di Singapura yang terbaru. Hampir semua wisatawan dari Indonesia yang datang ke Singapura berfoto-foto dengan latar belakang Marina Bay Sands.

Marina Bay Sands
 Dari Marina Bay Sands, kita menuju ke pusat penjualan coklat di Singapura.

Lagi Minum Coklat Panas
Dalam Toko Penjual Coklat

 Setelah membeli coklat, “kampong tengah” kami mulai terasa kosong dan rasa lapar mulai menyerang. Maka kami memutuskan untuk menuju ke rumah makan (lupa nama rumah makannya) yang menyajikan makanan khas nusantara yang terletak di kampong arab. Setelah kami semua selesai mengisi “kampong tengah” kami menuju ke Bugis Street.
Bugis Street adalah sebuah jalan di Singapura yang terkenal dengan wisata belanjanya. Berbeda dengan Orchard Road yang menawarkan pengalaman belanja mewah, Di tempat ini Anda dapat menemukan barang dagangan dengan harga yang murah, Harganya hampir seperti di Mangga Dua yang ada di Jakarta. Namun bentuknya tidaklah seperti Mangga Dua, Bugis Street pada awalnya hanya sebuah nama jalan. Tempat ini sangat cocok sekali untuk Anda yang ingin membeli oleh-oleh, karena anda dapan menemukan berbagai macam jenis souvenir dengan harga yang murah.




Selanjutnya perjalanan menuju China Town. Tempat ini bisa menjadi surga belanja untuk siapa saja yang ingin membeli oleh-oleh. Tempat ini juga di sebut pasar Glodoknya Singapura. Tempat terkenal yang ada di daerah Chinatown salah satunya adalah People's Park dan disini terdapat sebuah pusat perbelanjaan dengan harga yang sangat murah. Letaknya di area yang dibatasi jalan New Bridge Road, Upper Pickering Street, Cantonment Road dan South Bridge Road. Tempat menarik yang dapat Anda kunjungi adalah Smith Street Wet Market, Kuil Thian Hock Keng, Food Street, dan Pura Sri Mariamman.

Perjalanan kami selanjutnya adalah Orchid Road. Hampir di sepanjang jalan Orchard Road terdapat mall yang megah dan dapat membuat Anda merasa bingung dalam menentukan pilihan untuk tempat berbelanja. Anda dapat menemukan bermacam merk fashion internasional ada di tempat ini. Ada juga rumor yang mengatakan bahwa barang bermerek yang di jual di kawasan sini harganya lebih murah daripada di Indonesia. Banyak sekali orang kaya yang berasal dari Indonesia yang belanja sekitar Orchard Road. Jangan heran jika anda melihat banyak orang Indonesia yang berada di sana. Mall-mall yang terkenal di tempat ini seperti Lucky Plaza, Tangs Plaza, Wisma Atriya, Takashimaya, dan masih banyak lagi lainnya.






Perjalanan dilanjutkan ke Sentosa Island. Sentosa Island adalah sebuah tempat wisata di Singapura yang lengkap, namun tidak menyatu dengan pulau utama Singapura, melainkan berada di pulau yang terpisah.  Banyak cara untuk mencapai Sentosa Island, yang paling menarik adalah dengan menggunakan kereta gantung karena anda juga dapat menikmati pemandangan kota Singapura dari ketinggian, namun kami memilih jalan darat yang melewati terowongan bawah laut, selain itu biayanya lebih murah dibanding menggunakan kereta gantung.





Kunjungan terakhir kami adalah Universal Studios. Universal Studios adalah taman hiburan seperti Dufan di Jakarta dan tempat ini merupakan destinasi wisata paling terkenal di Singapura bagi warga Indonesia. Harga tiket Universal Studios pada akhir pekan, tanggal merah, dan musim liburan cukup mahal, bisa sampai dengan sekitar 1 juta Rupiah untuk orang dewasa. Apabila anda ingin hemat, cukup berfoto di depan bola dunia Universal Studios saja. 




 Dari Universal Studios, kami menumpang monorel kembali ke Harbour front Center untuk bersiap-siap kembali ke Batam.





Setibanya di Harbourfront, langsung ke bagian pelabuhan di belakang dan naik ke lantai tiga. Cari counter feri Anda (Penguin, BatamFast ke Batam Centre, atau Wavemaster ke Harbour Bay) dan tempah untuk perjalanan feri berikutnya. Disini, Anda juga harus menyiapkan paspor untuk petugasnya menerbitkan boarding pass atas nama Anda. Anda juga perlu membayar seaport tax sebesar S$21 per orang.
Tanpa terasa sudah jam 20.00 waktu singapura, kami memasuki ruang tunggu sambil menunggu panggilan untuk para penumpang untuk segera memasuki ferry untuk kembali ke Batam.


Minggu, 24 Mei 2015

Lonceng Gereja Memanggil



Perlahan-lahan penguasa siang dengan malu-malu menampakkan diri hendak menyapa dunia.
Burung-burung pipit mulai terbangun dari peraduannya, satu per satu mulai muncul terbang kesana kemari.
Kupu-kupu pun tak mau ketinggalan, merekapun mulai menampakkan diri diantara bunga-bunga di taman.
Suatu pagi yang indah di hari minggu.
Terdengar sayup-sayup bunyi lonceng katedral memecah keheningan memanggil umatnya untuk datang menyapa sang khalik.
Ku teringat sebuah bait lagu yang sering dinyanyikan pada saat misa anak-anak ketika ku masih duduk dibangku sekolah dasar.
Sebuah lagu yang hampir tidak dinyanyikan lagi saat ini, sebuah lagu yang terlupakan.
Ku bergegas membersihkan diri menghadap sang khalik, dan menyiapkan hati menerima tubuh dan darahNya seperti syair lagu waktu masa kecil.
Lonceng-lonceng memanggil aku
Dan hatiku tetap setia
Aku lari kepada Tuhan
Bapa kita yang ada di surga…..
Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya.
©johnberek99.blogspot.com

Senin, 18 Mei 2015

Hari Komunikasi Sosial Sedunia Tahun 2015



Dua orang yang saling menaruh cinta kasih, saling kehilangan karena salah seorang menghilang. Mereka telah berjanji tetap setia, takkan saling melupakan. Tetapi kesetiaan yang demikian itu begitu sulit. Gigi-gigi waktu telah menggerogotinya. Pengkhianatan dari dalam mengingkari kesetiaan itu. Dengan bermacam liku-liku kebimbangan mulai merembes masuk.
Minggu, 17 Mei 2015 yang bertepatan dengan pekan VII paskah, Gereja memperingati hari komunikasi sosial sedunia ke - 49.
Melalui perayaan Ekaristi Kudus memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-49 ini, Gereja mengajak kita untuk terus “mengkomunikasi Keluarga: Tempat Istimewa Karunia Kasih”. Menjadikan Keluarga sebagai tempat dimana setiap anggota belajar berkomunikasi, mengalami kehangatan cinta, menumbuhkan belas kasihan, dan pengampun.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini, keluarga sebagai tempat istimewa bagi pertumbuhan iman dan cinta dihadapkan pada situasi dan kondisi lingkungan yang diwarnai oleh pengaruh kuat sarana komunikasi modern. Dalam situasi demikian, keluarga sering dan bahkan selalu menemukan dunia di mana orang saling menaburkan perselisihan dan meracuni lingkungan manusiawi dengan gosip lewat media komunikasi. Meski terus diingatkan untuk tetap menjalankan tugas perutusannya yakni mengajarkan komunikasi sebagai sebuah berkat, tidak jarang muncul sikap acuh tak acuh dari keluarga kristiani.
Komunikasi dalam keluarga dan/atau sesama anggota keluarga.
Dalam konteks keluarga itulah kita pertama-tama belajar bagaimana berkomunikasi. Sebagai contoh ketika seorang bayi mulai belajar berbicara, yang pertama kali disebutkan adalah bapa atau mama, setelah dia sudah bisa mulai lancar berbicara, maka kita akan mengajarkan bagaimana membuat tanda salib ataupun melatih berdoa bapa kami, salam maria, dan doa spontan lainnya yang mudah dan pendek. Ini berarti bahwa komunikasi pada awalnya terjadi dalam keluarga, dan keluargalah yang menjadi sekolah pertama bagi sang anak.
Apabila dalam keluarga kita berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan kata-kata “kotor” atau kata-kata yang tidak sepantasnya, maka anak anak merekamnya dan tidak heran aapabila kata-kata tersebut dipakainya dalam pergaulannya sehari-hari. Dengan demikian hal ini akan mencerminkan situasi komunikasi dalam satu komunitas yang disebut keluarga.
Di dalam keluarga itulah kita belajar bagaimana masing-masing bisa saling berbagi dan mendukung, belajar mampu mengartikan secara tepat ekspresi wajah orang dan membaca isi hatinya sekalipun diam tak berkata-kata; kita tertawa dan menangis bersama pribadi-pribadi yang tidak saling memilih tetapi begitu berarti satu sama lain. Realitas ini tentu saja sangat membantu kita untuk memahami makna komunikasi sebagai kedekatan pertalian batin yang saling meneguhkan dan mempertautkan.

Keluarga dan Teknologi Informatika dan Komunikasi.
Ketua Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia Mgr. Petrus Turang yang juga Uskup Agung Kupang dalam homili pada Misa Penutupan Pekan Komunikasi Sosial Nasional – Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI) di Gereja Katedral Sorong, Papua, Minggu (17/5/2015) menyatakan dengan kemajuan teknologi informatika dan komunikasi ini, kita sedang berada dalam perubahan yang dasyat. “Global Village” tumbuh dimana-dimana. Di desa atau kampung, biasanya orang saling kenal dan saling menyapa secara “face to face”, tetapi dalam “global village” nyatanya orang semakin terasing di tengah kemajuan teknologi dengan segala gadgetnya. Orang jarang melakukan “face to face” lagi, kebanyakan mereka menggunakan call, sms ataupun facebook untuk memberi tahu keadaan, undangan ataupun suatu peristiwa.
Kehadiran dunia digital dalam keluarga semakin menjadi dengan kehadiran jari yang saling menyapa secara pribadi. Jari manusia dalam keluarga semakin dikuasai oleh cara kerja baru, yaitu penyapaan dalam bentuk maya yang bermakna. Memang, maknanya memperluas jejaring komunikasi, biarpun kehadiran pribadi secara fisik berkurang atau bahkan hilang.
Anggota keluarga dapat menjauh dari makan bersama akibat ketagihan dalam penggunaan alat komunikasi modern. Jadi, di samping kemajuan dalam membangun peradaban baru, keluarga-keluarga juga terperangkap dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak nyata melalui keinginan-keinginan yang dibentuk di luar kemauan kita akibat iklan atau fitur-fitur lain dalam teknologi komunikasi.
Pergerakan “on line” dalam keluarga nampaknya semakin menjadikan sesama anggota keluarga “orang lain”, sehingga komunikasi manusiawi memudar dan hubungan pribadi menjadi samar-samar.
Di tengah perubahan demikian, keluarga memang mengalami kegembiraan berjejaring, namun kemesraan keluarga harus berhadapan dengan senjata teknologi yang sangat ampuh menyodorkan gaya khusus yang berbeda.
Dampak yang memukau dari teknologi komunikasi dapat menyebabkan keretakan dalam keluarga, persaingan kepemilikan gadget dalam keluarga, bahkan kecurigaan serta ketidakpercayaan satu sama lain.
Dapat muncul gossip dalam keluarga atau antar keluarga akibat pemakaian alat komunikasi yang tidak bertanggungjawab. “Pemberdayaan teknologi komunikasi tidak dengan sendirinya memberdayakan hubungan pribadi dalam keluarga: kebiasaan adat istiadat yang baik dan yang merukunkan dapat menjadi luntur akibat pengaruh konsumeristik media sosial digital
 “Kita dapat mengirim teks-teks Kitab Suci melalui gadget tetapi apakah perilaku kita sesuai dengan teks Kitab Suci yang kita kirimkan? Kita dapat mengirimkan doa secara virtual, tetapi apakah kita adalah manusia pendoa? Apakah kita masih membaca Kitab Suci dan berdoa bersama dalam keluarga atau cukup melalui sms atau BB?,”tanya Monsinyur Turang.
Kita berharap, kata Monsinyur, keluarga kita tetap “selfie” dalam anugerah cintakasih dan bukan saja memamerkan “selfie keluarga” demi kehebatan dan ketenaran dalam istagram atau facebook! Pertanyaannya, apakah dengan semua yang baik ini, keluarga kita semakin menjadi Katolik dan Kristiani? Suka damai, rukun, peduli sesama dan memerhatikan mereka yang lemah serta saling membantu untuk menjadi murid-murid Kristus yang
“Karena itu, jangan takut dan beranilah menjadi keluarga Kristiani yang baik dan benar. Salah satu tanda dari anugerah cintakasih adalah rela berkorban seperti Kristus yang datang untuk melayani sesama menurut kehendak Bapa-Nya. Ingatlah bahwa komunikasi dalam keluarga sangat ditentukan oleh tiga hal, yaitu permisi (may I), terima kasih (thank you) dan minta maaf (excuse me) !”tegas Monsinyur Turang.

Permasalahan sosial akibat kemajuan Teknologi informatika dan komunikasi.
Kejadian pada suatu rumah makan, duduk beberapa orang untuk pada meja makan sambil memesan makanan, sementara menunggu pesanan, nampak masing-masing sibuk dengan gadgetnya sendiri, ada yang serius mengutak atik keypadmaupun layar, ada yang senyum-senyum, ada yang tertawa-tawa. nampak tidak terlihat adanya komunikasi yang hangat diantara mereka. Ketika pesanan mereka datang, nampak masing-masing menikmati pesanannya sambil jari-jari menari-nari diatas keypad maupun layar.
Ketika baru bangun tidur, hal pertama yang dilakukan biasanya adalah menggapai telepon genggam untuk memeriksa apakah ada notifikasi yang masuk atau tidak. Sampai ketika ingin menutup mata tak lupa untuk memberitahukan kepada khalayak ramai seantero media sosial bahwa dirinya akan tidur, lalu memasang bel penanda bangun diaktifkan dan kemudian gadgetnya diletakkan di tempat terdekat dan mudah terjangkau oleh tangan ketika terbangun.
Kedaaan seperti mengakibatkan adanya pergeseran etika dan membuat orang disekitar seolah-olah tembok yang kurang memiliki arti ketimbang gadget.
Lebih ironis lagi gadget digunakan sebagai sarana untuk “menjual diri” hal ini terlihat dari maraknya prostitusi on line akhir-akhir ini.
Kita tidak dapat menghindar dari kemajuan teknolgi informatika dan komunikasi yang berkembang pesat saat ini. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus menghadapinya dengan segala konsekuensinya. Untuk itu pergunakan alat-alat komunikasi dan informatika secara bijaksana dan sesuai dengan peruntukannya.
Bagaimana kita tetap mempertahankan “face to face” tanpa menyesampingkan “Global Village” sehingga tidak muncul istilah “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat” tapi “mendekatkan yang jauh dan memperat yang dekat”

Solusi
Mencoba untuk mengurangi ketergantungan tersebut, mulai dengan tidak terlalu aktif di beberapa media sosial, mengurangi obrolan-obrolan tak penting melalu berbagai aplikasi chatting,
Mencoba menyibukkan diri dengan kegiatan yang tak berhubungan dengan gadget seperti membaca buku, menulis artikel sederhana yang kemudian dimuat pada blog pribadi, atau melakukan perjalanan menikmati panorama alam.

Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya.
©johnberek99.blogspot.com

Jumat, 08 Mei 2015

Genggaman Sang Tuan




“panas terik, angin kencang
kertas, surat, dokumen, file, e-mail
perut kosong, haus, kerongkongan kering
demi mereka yang selalu ku tinggalkan di rumah,
demi mereka yang selalu mengagung-agungkanku,
demi mereka yang selalu menganggapku adalah pahlawan
demi mereka yang selalu menganggapku tiang penyanggah
demi mereka yang menganggapku sebagai pelindung
demi mereka yang selalu menanti kedatanganku dengan mengharapkan hasil dari jerih payahku
janganlah mengeluh…..
ku buka selalu tangan untuk mewakili mereka yang mengharapkan untuk menerima sesuatu dari kelimpahan dalam genggaman tangan sang tuan" 
Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya
©johnberek99.blogspot.com