bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Senin, 26 Januari 2015

Cara Mengetahui Jenis Kelamin Melalui Metode Sexing



Kadang ketika kita mempunyai telur unggas dan ingin memelihara unggas (ayam, bebek, entok dan lain-lain) dengan menetaskan telur tersebut, kita ingin agar unggas yang kita pelihara tersebut hanya jantan saja atau betina saja atau campuran dari jantan dan betina dengan proporsi jumlah yang kita inginkan. Namun yang jadi masalah adalah kita hanya bisa mengetahui jenis kelamin dari unggas yang akan kita pelihara setelah menetas dari telurnya bahkan untuk kondisi tertentu kita baru benar-benar tahu setelah beberapa minggu setelah menjadi anak unggas.
Dengan cara ini, hal tersebut bisa diminimalkan, yaitu dengan mengetahui jenis kelamin dari calon unggas ketika masih menjadi telur. Akan menjadi jantan atau betina nantinya.
Banyak metode yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin, salah satunya adalah menggunakan Metode Sexing/Pendulum/Magnetik.
Metode ini berprinsip dengan kaidah:
-        Gravitasi Bumi
-        Magnetik Bumi
Konsep dasarnya adalah gaya tarik menarik dan tolak menolak.
Tarik-menarik dalam fenomena fisika berarti gaya untuk saling mendekat satu sama lain. Dalam bidang fisika tiap benda selalu mempunyai gaya tarik menarik dengan benda yang lain. Misalnya partikel satu dengan partikel lain selalu akan saling tarik-menarik. Contoh paling sederhana adalah serbuk yang ditaburkan di atas air di dalam gelas, lama kelamaan serbuk ini akan menempel ke pinggir (pada gelas). Contoh lain yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton bahwa benda apapun di atas udara akan ditarik oleh bumi. Hal ini banyak dikenal sebagai fenomena benda jatuh. Teori ini kemudian dikembangkan lagi bahwa setiap benda angkasa akan saling tarik-menarik, dan ini bisa dibuktikan mengapa bumi harus berputar mengelilingi matahari untuk mengimbangi gaya tarik-menarik bumi-matahari. Meteor yang mendekat ke bumi dalam perjalanannya di ruang angkasa akan tertarik jatuh ke bumi, merupakan contoh yang lain.
Gaya tarik menarik ini bisa terjadi di antara:
1.      Dua benda/partikel apapun (hukum Newton) atau hukum gravitasi
2.      Dua benda yang bermuatan magnetik Utara dan Selatan (lihat bagian magnit)
3.      Dua benda yang bermuatan listrik positif dan negatif.
Lawan dari gaya tarik-menarik ini adalah gaya tolak-menolak. Jenis gaya tolak-menolak bisa terjadi pada: 
1.      Dua benda yang bermuatan magnetik yang sama (sama-sama Utara atau sama-sama Selatan).
2.      Dua benda yang bermuatan listrik yang sejenis (sama-sama positif atau sama-sama negatif).
3.      Dua atom yang berdekatan pada jarak kurang dari diameter atomnya.
Metode magnetik bumi dipakai oleh orang Tiongkok kuno. Teori Tiongkok kuno berbeda dengan medis, teori medis menggunakan aliran darah sebagai acuannya, sedangkan teori Tiongkok kuno (Pendulum) impuls-impuls saraf serta pengaruh HORMONAL.
Peralatan yang digunakan:
1.      Benang yang digunakan tidak terlalu panjang, sekitar 30-40 cm
2.      Bandul menggunakan logam mulia utk pengetesan, beberapa logam terkenal adalah aluminium, tembaga, emas, besi, timah, perak, titanium, uranium, dan zinc.

Cara mengujinya: 
·         Pertama-tama, ikat kuat emas dengan menggunakan benang.;
·         Ambil telur, pegang dengan telapak tangan terbuka namun jangan sampai jatuh telurnya;
·         Setelah itu, emas yang sudah diikat dengan benang tadi digantungin di atas telur, pegang ujung benang dengan posisi emas tepat di atas telur.

Hasil Gerakan:
1.      Gerakan bolak balik ke depan dan ke belakang atau maju mundur.
Jika hasilnya gerakan adalah ini, maka kemungkinan besar berjenis kelamin jantan. Gerakan ini adalah gerakan tarik menarik, kombinasi antara gerakan gravitasi oleh bandul, tarik menarik antara kandungan hormon dengan logam pendulum, dan juga oleh magnet bumi maka dihasilkan gerakan ini. Anggap kandungan hormon laki dominan mengandung ion negatif (-) dan besi bandul dominan mengandung ion positif (+). Maka sesuai kaidah fisika akan terjadi gerakan tarik menarik yg dimunclkan dengan gaya maju bandul bolak balik ke depan dan ke belakang atau maju mundur atau ke kanan atau ke kiri.
2.      Gerakan membentuk lingkaran atau mendekati oval.
Jika hasil gerakan adalah ini, maka kemunkinan besar berjenis kelamin betina. Gerakan ini adalah gerakan tolak menolak, kombinasi antara gerakan gravitasi oleh bandul, tolak menolak antara kandungan hormon dengan logam pendulum, dan juga oleh magnet bumi maka dihasilkan gerakan ini. Anggap kandungan hormon laki dominan mengandung ion positif (+) dan besi bandul dominan mengandung ion positif (+). Maka sesuai kaidah fisika akan terjadi gerakan tolak menolak yg dimunculkan dengan gaya Gerakan membentuk lingkaran atau mendekati oval.

Kesimpulan dari metode pendulum tersebut adalah :  
·         Jika pendulum bergerak ke satu arah ( kanan dan kiri / maju mundur ) maka unggas tersebut adalah unggas JANTAN.  
·         Jika pendulum bergerak memutar maka unggas tersebut adalah BETINA.

Selamat mencoba!!!!!
©johnberek99.blogspot.com

Selasa, 20 Januari 2015

Sistim Tiga Strata (STS)



Sistem pertanian terpadu merupakan kegiatan memadukan pertanian dan peternakan. Salah satu contoh dari sitem pertanian terpadu adalah Sistem Tiga Strata (STS). Sistem tiga Strata merupakan suatu cara penanaman serta pemangkasan rumput, leguminosa, semak, dan pohon sehingga hijauan tersedia sepanjang tahun.
Sistem Tiga Strata (STS) merupakan suatu cara penanaman dan pemangkasan rumput, legumenosa, semak dan pohon, sehingga hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Dr. I Made Nitis, seorang pakar nutrisi hewan dari Universitas Udayana, Bali, bersama tim dari Balai Informasi Pertanian Bali, Departemen Pertanian. Dalam penerapannya, STS ini terjadi integrasi antara tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan ternak.
Sistem Tiga Strata ini biasanya diterapkan pada pertanian lahan kering yang memiliki curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun dengan 8 bulan musim kering, dan 4 bulan musim hujan, atau bisa juga pada pertanian lahan kering dengan topografi yang datar ataupun miring, yang kurang produktif untuk pertanian pangan.
Pengadopsian sistem integrasi tanaman dan ternak sudah sejak dulu dilaksanakan oleh peternak Bali. Hanya, komoditi pertanian yang biasanya dikembangkan di lahan kering tersebut belum bisa mencapai produktivitasnya yang maksimal. Hal ini disebabkan tidak tersedianya lahan khusus bagi hijauan makanan ternak.
Dalam menerapkan STS, lahan yang dibutuhkan adalah 2.500 meter persegi, yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1.      Bagian inti seluas 1.600 meter persegi,
2.      Bagian selimut 900 meter persegi,
3.      Bagian paling pinggir mempunyai keliling 200 meter.

Bagian Inti
Bagian inti adalah lahan yang terletak di tengah-tengah unit. Lahan ini tetap ditanami tanaman pangan seperti jagung, cabe, kacang tanah. Tata cara penanaman pada bagian inti ini adalah seperti yang biasa dilakukan oleh petani.

Stratum I

Bagian selimut adalah lahan yang berada diantara bagian inti dan bagian pinggir. Pada Bagian selimut ini ditanami rumput seperti bafel, urokloa dan panikum, serta leguminosa seperti sentrosemia, stelo verano dan stelo skabra.
Jenis rumput dan legume unggul ini tahan terhadap kekeringan.  Rumput dan legume ditanam selang seling berkeliling pada pinggiran petak dan ditanam berlarik.   Pada bagian selimut ini dibuat petak-petak berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m.  Pada petak-petak ini dibuat larikan berjarak 10 cm dengan kedalaman 1 cm untuk ditanami biji rumput dan legume.  Larikan dibuat tegak lurus dengan kemiringan lahan sehingga biji tanaman tidak dihanyutkan air hujan. 
Rumput Panicum ditanam dekat Centrocema karena Panicum yang tumbuh tegak merupakan panjatan bagi centrocema yang menjalar.  Panikum dan centro dapat ditanam dekat pagar karena tahan terhadap naungan.  Selain itu centro dapat juga ditanam di pagar karena sifatnya yang tahan naungan dan membelit.   Rumput bufel dan urokloa tumbuh bagus di daerah terbuka, karena tidak tahan naungan.  Oleh karena itu ditanam jauh dari pagar.± 2,5 m atau lebih dari pagar (Suarna, 1990).  Jenis legume stylo verano jangan ditanam di dekat pagar karena tidak tahan naungan.  Untuk mendapatkan produksi yang tinggi stylo verano ditanam dekat centrocema karena fiksasi N oleh centrocema akan berpengaruh positif terhadap stylo verano. Kehadiran legume pada STS sangat penting karena pada akar legume dijumpai adanya bintil-bintil zat lemas (nodul akar) yang mengandung bakteri yang dapat memfiksasi N atmosfer sehingga dapat menambah kesuburan lahan.

Stratum II
Semak yang dapat dipakai adalah gamal dan lamtoro. Kedua jenis semak ini tahan kekeringan, produksi tingginya, bernilai gizi tinggi dan mudah dikembangbiakan. Cara penanamannya adalah ditanam berselang-seling sebagai pagar dari petak dengan jarak 10 cm, Perkembangbiakan gamal dilakukan dengan stek.  Gamal ditanam dengan kedalaman 25 cm dan lebar 25 cm. Sedangkan lamtoro yang ditanam adalah bijinya, sedalam 5 cm. Gamal dan lamtoro mempunyai perakaran yang dalam, lebat dan kuat sehingga dapat menahan tanah dan kerikil dari kikisan air hujan.  Cabang yang banyak dengan daun yang lebat merupakan kanopi yang baik untuk menahan air hujan, sehingga mengurangi sentakan air hujan yang jatuh ke tanah.  Daun yang gugur pada musim kering, merupakan humus yang dapat menyerap air hujan, sehingga mengurangi air hujan yang merembes mengikis tanah.  Pada lahan miring semak berfungsi menahan kerikil besar dan batu yang mengelinding dihanyutkan oleh air hujan. Diantara kedua jenis semak ini, naungan lamtoro memberikan efek yang lebih bagus daripada gamal terhadap produksi hijauan yang ada dibawahnya. Rumput Bufel yang tidak tahan naungan ditanam dekat dengan lamtoro akan memberikan hasil yang lebih bagus dibandingkan dengan gamal. Hal ini berkaitan dengan perbedaan morfologi daun sehingga jumlah sinar yang dapat dilewatkan lebih banyak oleh lamtoro dibandingkan gamal.

Stratum III
Bagian pinggir adalah bagian paling luar yang sekaligus menjadi batas keliling dari satu unit STS. Jenis-jenis Pohon yang biasa ditanam adalah Bunut, Santan dan Waru ditanam pada jarak 5 meter di sekeliling unit tersebut. Di antara 2 pohon tersebut ditanami 50 Gamal, dan diantara 2 pohon berikutnya ditanami Lamtoro atau akasia vilosa dengan jarak tanam 10 centimeter. Dengan demikian setiap unit STS akan dikelilingi pagar hidup yang terdiri atas 100 semak Gamal dan 1.000 semak Lamtoro, yang merupakan stratum kedua. Sedangkan sebanyak 14 pohon Bunut, 14 pohon Santan dan 14 pohon Waru merupakan stratum ketiga. Setelah semua jenis pohon tersebut ditanam sesuai dengan masing-masing stratum-nya, maka setiap 2.500 meter persegi STS akan terdapat 1.600 meter persegi tanaman pangan, 600 meter persegi rumput dan leguminosa, 2.000 semak dan 42 pohon. 
Ketiga stratum (lapis) yang ada dalam unit STS, masing-masing mempunyai peran atau fungsi tertentu. Stratum dua dan stratum tiga berfungsi sebagai pagar hidup, sehingga babi hutan yang selama ini menjadi hama bagi petani maupun hewan ternak sukar mengganggu tanaman pangan di dalam unit STS. Selain itu juga berfungsi sebagai penahan angin kencang yang dapat merusak tanaman pangan.
Stratum satu berperan sebagai lahan penyedia makanan bagi ternak, sehingga menghalangi ternak merusak tanaman pangan kalau pagar (stratum dua) ditembus oleh ternak. Pada lahan miring, stratum ini bisa menahan laju aliran air hujan sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan (bintil-bintil nitrogen pada akar leguminosa ikut menambah kesuburan tanah).

Manfaat STS
Meningkatkan persediaan dan mutu hijauan makanan ternak
Setiap unit STS terdapat 900 meter persegi rumput dan leguminosa, 2.000 semak dan 42 pohon. Dengan demikian, setiap unit STS akan meningkatkan persediaan hijauan sebesar 48 persen. Daun legumenosa sentrosema, stelo skabra dan stelo verano pada stratum satu; daun gamal, akasia velosa dan lamtoro pada stratum dua mengandung protein 18–25 persen. Secara keseluruhan untuk tiap unit, mutu pakan hijauan kan meningkat 10–15 persen.

Menyediakan hijauan sepanjang tahun
Dengan memotong stratum satu pada musim hujan, stratum dua pada pertengahan musim kering dan stratum tiga pada akhir musim kering, maka akan tersedia hijauan makanan ternak sepanjang tahun.

Mempercepat pertumbuhan dan reproduksi ternak
STS mampu mengurangi waktu memelihara ternak. Karena pakan selalu tersedia, maka ternak tidak perlu digembalakan lagi sehingga waktu yang digunakan untuk menggembala selama 20–25 menit per harinya dapat digunakan untuk kegiatan lainnya.

Meningkatkan daya tampung
Dengan banyaknya persediaan hijauan makanan ternak, maka ternak yang dipelihara bisa bertambah banyak. Satu unit STS dapat menampung satu ekor sapi atau 6 ekor kambing.

Meningkatkan kesuburan tanah
Pada sistem peternakan tradisional, sapi digembalakan pada waktu siang hari, sehingga kotorannya tersebar tidak teratur. Sedangkan STS, sapi dikandangkan sehingga kotorannya dapat disebarkan merata pada lahan yang ditentukan. Akar-akar sentrosema, stelo verano, stelo skabra, gamal, lamtoro dan akasia vilosa mengandung bintil-bintil nitrogen, yang dapat melepaskan nitrogen untuk tanaman di sekitarnya. Sedangkan akar dan daun rumput, semak dan pohon yang melapuk juga bisa meningkatkan humus tanah.

Mengurangi erosi
Bagian selimut dan pinggir dari STS dapat menahan air hujan di atas tanah sehingga tidak mengalir dengan deras. Dengan demikian tanah dan batu-batu kecil tidak dihanyutkan oleh air, sehingga erosi pada tanah miring dapat dikurangi sebesar 45 persen.

Menyediakan bibit untuk perluasan STS
Cabang-cabang semak dan pohon yang baik dapat dijadikan stek, rumput dan leguminosa dapat disapih, atau yang meluas ke bagian inti dapat dicabuti untuk membuat STS yang baru. Pada tahun ketiga, setiap unit STS dapat dikembangkan menjadi 1–2 STS lagi.

Merangsang timbulnya kegiatan penunjang
Rumput dan legumenosa pada stratum satu, semak pada stratum dua, dan pohon pada stratum tiga berbunga secara bergantian. Bunga ini menyediakan tepung sari dan nektar untuk peternakan lebah madu.

Menyediakan Kayu Bakar dan kayu
STS juga berfungsi sebagai penyedia kayu bakar bagi kebutuhan rumah tangga. Setiap pemangkasan semak ataupun pepohonan, daun-daunnya bisa digunakan untuk pakan ternak sedangkan cabang-cabangnya dikeringkan untuk dijadikan kayu bakar. Satu unit STS mampu menyediakan kayu bakar sebanyak 1,6–4,2 ton per tahun. Di samping itu, semak maupun pohon merupakan tanaman keras (berkayu) yang baik untuk pagar permanen dan sebagai bahan untuk pembuatan rumah.
©johnberek99.blogspot.com

Senin, 19 Januari 2015

Rumus Menghitung Berat Badan Sapi



Mengetahui berat badan sapi merupakan pengetahuan yang penting bagi peternak. Hal ini dapat berfungsi sebagai indikator keberhasilan manajemen pemeliharaan ternak yang kita pelihara. Selain itu, mengetahui berat badan sapi juga penting agar  peternak tidak mengalami kerugian saat akan menjual atau akan membeli ternak sapi.
Adapaun cara mengetahui berat badan sapi terdiri dari 2 cara yaitu : Menggunakan timbangan sapi ataupun menggunakan teknik pengukuran badan yang kemudian dikonfersikan dengan berat badan sapi.
Penentuan berat badan sapi dapat dilakukan dengan beberapa rumus yaitu :

1. Rumus Schoorl Denmark
               (LD  +  22)²                BB = Berat Badan (kg)
    BB =         100                      LD = Lingkar Dada (Cm)


2.Rumus Schoorl Indonesia
             (LD  +  18)²
    BB =       100         

3.Rumus Winter Eropa/Rumus Scheiffer
                (LD)² × PB                       PB = Panjang Badan (Pound)
    BB =         300                             LD = Lingkar Dada (Inchi)
    Ket : -.1 Inchi = 2,53 Cm
             -.1 Pound = 0,454 Kg

4.Rumus Winter Indonesia
               (LD)²  ×  PB                     PB = Panjang Badan (Cm)
    BB =   10815,15                         LD = Lingkar Dada (Cm)


5.Rumus Modifikasi/Rumus Lambourne
               (LD)²  × PB                       PB = Panjang Badan (Pound)
   BB =       10840                             LD = Lingkar Dada (Inchi)

Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi, domba, kambing antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi, domba, kambing sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen.
Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi bangsa ternak, situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.

6. Tabel Berat Badan Sapi Bali.
Tabel Berat Badan Sapi Bali Berdasarkan Lingkar Dada

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
190
388
394
400
405
411
417
423
428
434
440
180
335
341
346
351
356
361
367
372
377
383
170
287
392
297
301
306
311
316
321
325
330
160
244
248
252
256
261
265
269
274
278
283
150
205
208
212
216
220
224
228
232
236
240
140
170
173
176
180
183
187
190
194
197
201
130
139
142
145
148
151
154
157
160
163
166
120
112
114
117
119
122
125
128
130
133
136
110
88
90
93
95
97
100
102
104
107
109
100
68
70
72
74
76
78
80
82
84
86
90
51
53
54
56
58
59
61
63
65
66
80
37
38
40
41
42
44
45
47
48
50
70
26
27
28
29
30
31
32
34
35
36
60
17
18
19
19
20
21
22
23
24
25
50
10
11
12
12
13
13
14
15
16
16
40
6
6
6
7
7
8
8
9
9
10
sumber : Balai Veteriner Lampung, 2014
Contohnya : Jika lingkar dada sapi berdasarkan hasil pengukuran adalah 166 cm adalah 269 kg. Caranya  maka dilihat pada kolom vertikal paling kiri angka 160 dan baris paling atas pada angka kemudian ditarik garis penghubungnya maka akan didapatkan angka 269 (lihat pada gambar di atas).

©johnberek99.blogspot.com