bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Jumat, 16 Desember 2016

KU PETIK HARI INI KARENA KU TANAM KEMARIN



sumber foto : google image
Siang tadi pukul 11.51 wita tiba-tiba masuk sebuah SMS, dan setelah ku buka ternyata SMS notifikasi dari MKIOS yang berbunyi “nomor anda telah diisi dengan SN 61216105149212xxxxx”, setelah saya cek di *888# ternyata pulsa saya bertambah 100.000,- saat itu saya merasa heran bercampur senang; heran karena saya tidak pernah mengisi pulsa 100.000,- senang karena pulsa saya bertambah 100.000,- tanpa harus membayar.
Saya bertanya pada teman-teman dan istri saya, jawaban mereka semua sama yakni mereka tidak pernah mengirim pulsa untuk saya. Tiga jam kemudian pukul 15.32 wita SMS notifikasi yang sama dari MKIOS kembali masuk,  kali ini berbunyi “nomor anda telah diisi dengan SN 61216143234819xxxxx” setelah saya cek di *888# ternyata pulsa saya bertambah 50.000,-
Siapa gerangan yang yang telah berbaik hati mengirimkan pulsa buat saya hari ini? pikirku dalam hati; atau apakah counter MKIOS telah salah mentransfer pulsa yang seharusnya kepada nomor yang lain yang mungkin hampir mirip dengan nomor saya? Kalau memang mereka salah mengirim pulsa ke nomor saya, mengapa mereka tidak menghubungi saya kembali agar saya mengembalikan pulsa ke nomor yang seharusnya menerima.

Namun bukan saya saja yang mendapat pulsa gratis hari ini, ternyata seorang teman saya satu ruangan juga mengalami hal yang sama.
Lalu saya teringat satu kalimat yang berbunyi“ Ku petik hari ini karena ku tanam kemarin
Kebaikan ataupun keburukan yang kita dapatkan saat ini (sekarang) karena kita telah menanamnya kepada orang lain di hari-hari kemarin. Seperti hari ini teman saya dan saya mendapat pulsa gratis. Apakah ini merupakan hasil dari kebaikan yang kita tanam kemarin, saya tidak tahu, tapi saya yakin Tuhan pasti tahu jawabannya.
©johnberek99.blogspot.com

DARI PULAU KERA SAMPE IRIAN SONDE PAKE HELE



Foto :http://stone-up-photography.blogspot.co.id/2015/07/kera-island-pulau-kera.html

Anda yang tinggal dan pernah mendiami di kota Kupang pasti tahu nama Pulau Kera.
Pulau Kera merupakan pulau kecil yang terletaknya berhadapan langsung dengan kota Kupang, masuk dalam wilayah desa Uiasa kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang. Pulau ini juga masuk dalam wilayah Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang.
Dari namanya pasti anda berpikir bahwa terdapat banyak populasi kera atau habitat kera di pulai ini, namun pada kenyataannya tidak demikian.  Pulau dengan luas ± 1 km2 hanya merupakan sebuah kampung nelayan yang terisolir karena jarak antara Kota Kupang dengan Pulau Kera sedikit agak jauh yang dapat ditempuh dengan menggunakan kapal nelayan dalam waktu 30 - 45 menit. Mengenai nama pulau kera, hingga saat ini belum ada satu dokumen tertulis yang memuat tentang sejarah  pulau tersebut, sehingga banyak versi kisah tentang pulau ini. namun ada satu versi cerita tentang pulau ini yang belum semua orang mengetahuinya.
Dituturkan bahwa, dahulu orang Sabu (salah satu suku di Provinsi NTT) hendak pergi mencari penyu di pulau yang berbentuk bulat dengan sisi sebelah utara lebih luas dari sisi sebelah selatan mirip seperti kerang. Namun orang Sabu sulit menyebut kata Kerang dan biasanya kalau sebuah kata diakhiri dengan huruf konsonan (huruf mati), maka huruf konsonan tersebut tidak dapat di ucapkan. Sehingga sebutan “kerang” menjadi “kera”, akhirnya pulau tersebut dinamai pulau kera hingga saat ini.
Mungkin karena orang Sabu sulit menyebut kata yang diakhiri dengan huruf konsonan (huruf mati), maka muncul banyak cerita lucu yang beredar di masyarakat. Salah satunya yakni cerita tentang orang Sabu yang hendak pergi ke Irian namun tak sampai juga ke sana. Diceritakan bahwa seorang ama Sabu hendak pergi ke Irian (sekarang papua), maka ia tidak akan sampai disana, karena orang Sabu akan menyebutnya “Iria” bukan “Irian”. Mungkin merasa prihatin dengan orang Sabu, maka pemerintah mengganti nama Irian dengan nama Papua, sehingga orang sabu bisa sampai ke sana. Selain itu ada cerita demikian, ada seorang ama Sabu yang melihat temannya mengendarai sepeda motor namun tidak memakai helem (helm), kebetulan pada saat itu, tak jauh dari situ ada rasia kelengkapan surat kendaraan dan pengemudi (tilang), maka sang ama mengingatkan temannya agar memakai “hele” karena di depan ada “tila” di sana.
Demikian pula dengan nama "Kapadala" salah satu Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Kupang tepatnya di Kelurahan Airnona Kec. Kota Raja. Suatu ketika ada salah satu keluarga yang sedang berduka datang menghadap Kepala TPU untuk disiapkan makam untuk memakamkan salah satu anggota keluarganya yang meninggal. Kebetulan Kepala TPU dan tukang gali makam adalah orang Sabu. Sementara mereka gali, Kepala TPU bertanya "Kapan Dalam" namun lagi-lagi orang Sabu tidak bisa menyebutkan huruf konsonan pada akhir sebuah kata, maka disebutnya "Kapadala" sehingga tempatnya dinamakan "Kapadala" hingga saat ini.
Cerita di atas hanya merupakan cerita lucu yang biasa diceritakan ketika anda pergi mete orang mati (melayat sambil begadang di tenda duka), atau duduk nongkrong dengan teman-teman di pinggir jalan.
©johnberek99.blogspot.com

Senin, 05 Desember 2016

SERIBU LIMA DI MANGGARAI



 
Foto : google.com

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini mengandung arti setiap daerah mempunyai adat-istiadat, kebiasan, aturan yang berbeda. Perbedaan ini juga bisa saja menyangkut penggunaan bahasa, istilah, dan lain sebagainya. misalnya penggunaan salah satu kata, bisa saja kata tersebut mengandung arti yang baik pada satu daerah tertentu, namun bisa menjadi kata yang kurang baik di satu daerah lain. Begitu pula dengan istilah-istilah.
Bila suatu ketika anda pergi ke daerah Manggarai Raya (kab. Manggarai Timur, Manggarai, Manggarai Barat) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, hati-hati dengan penggunaan istilah di sana.
Mungkin anda pernah mendengar istilah “SERIBU LIMA” di daerah Manggarai Raya.
Pertama kali istilah ini saya dengar pada tahun 1990, ketika itu saya bersama dengan tim Survey Research Indonesia (SRI) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI melakukan survey Tingkat Konsumsi Vitamin A pada Balita di Kota Kupang, Flores Timur dan Manggarai.
Di Ruteng yang merupakan ibu kota kabupaten Manggarai, kami menginap di Hotel Sinda. Pada malam hari, ketika kami sedang melakukan tabulasi data, tinta ballpoin saya habis, lalu saya meminta tolong kepada salah satu room boy untuk membelinya di toko terdekat.
Saya memberikan uang Rp. 5.000,- kepada room boy dengan pesan tolong belikan saya ballpoint, lalu room boy memberitahu kepada saya bahwa harga ballpoin “seribu lima” mau beli berapa kakak. Saya bingung seribu lima berarti harga ballpoin Rp. 200,-/buah. Beli 5 buah jawab saya. kemudian room boy berkata : kalo 5 buah berarti uangnya kurang Rp. 2.500,-. Kali ini saya tambah bingung, dalam hati saya berpikir, saya yang salah hitung atau room boy yang salah hitung. Untung ada sang customer service hotel yang mengamati pembicaraan kami dari tadi. Sambil tersenyum sang customer service menjelaskan bahwa di sini (Manggarai) “seribu lima” berarti Rp. 1.500,-. Setelah dijelaskan demikian baru saya mengerti.
Sambil geleng-geleng kepala saya berkata, ada-ada saja istilah disini.
©johnberek99.blogspot.com