bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Rabu, 30 November 2016

SEMAKIN BERTANYA SEMAKIN SESAT



Setiap siswa yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, tentu mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, entah itu Akademi atau Universitas. ketika seseorang menyandang predikat mahasiswa pasti merasa bangga karena tidak semua siswa mendapat kesempatan menjadi mahasiswa. Sebutan siswa menjadi mahasiswa, tidak lagi diajar oleh guru namun dosen, mata pelajaran berubah nama menjadi mata kuliah, dan lain sebagainya.
Berbicara tentang dosen, ada dosen yang baik dan dosen yang “killer”.
Ketika kuliah dulu (saat itu baru semester III), kami mempunyai seorang dosen yang mengajar mata kuliah Fisiologi Ternak, dan topik yang dibahas sang dosen adalah Sistem Alat Pencernaan pada Ternak. Dalam penjelasannya sang dosen menyatakan panjang saluran pencernaan pada ternak sapi adalah sekian meter, pada ternak kerbau sekian meter, pada ternak unggas (ayam buras) sekian meter. Setelah selesai penjelasan, sang dosen membuka sesi bertanya. Maka bertanyalah teman saya (sekarang sudah menjadi dosen di fakultas tersebut dan sudah meraih S3 bidang ilmu peternakan).
Mahasiswa      :  berapa panjang saluran pencernaan pada anjing? (karena penjelasan tadi belum disebut berapa panjang saluran pencernaan anjing).
Dosen              :  siapa yang tahu tolong dijawab.
Kami semua yang hadir terdiam karena tidak ada yang mengetahuinya.
Kemudian sang dosen berkata : kalau tidak ada yang tahu, maka “tugas : buat paper tentang fisiologi saluran pencernaan pada anjing, minimal 10 halaman, dengan spasi 1,5 dan dikumpulkan esok pagi, jam 08.00 wita”.
Mendengar itu, kami semua terperangah, lalu ada teman saya (sekarang manajer salah satu perusahaan unggas di Lampung) berkomentar, “bunyi pepatah : MALU BERTANYA SESAT DI JALAN” namun di bangku kuliah “SEMAKIN BERTANYA SEMAKIN SESAT”.
Setelah kejadian tersebut, kita semua sepakat untuk tidak bertanya lagi apabila sang dosen yang bersangkutan membuka sesi bertanya, karena takut membuat paper lagi.

©johnberek99.blogspot.com

Senin, 28 November 2016

ADVENTUS DAN SIMBOL PERTOBATAN



Hari Minggu, 27 Nopember 2016, setelah selesai mengikuti perayaan ekaristi kudus pada misa ke-2 di gereja Katedral Kristus Raja Kupang, di halaman katedral tepatnya di bawah pohon akasia, seorang bocah menghampiriku dan bertanya demikian, mengapa hari ini warna stola dan kasula yang dipakai imam, begitu juga prodiakon, lektor/lektris, dan misdinar berwarna ungu, bukan berwarna hijau seperti hari-hari minggu sebelumnya.

Lalu saya menjawab pertanyaan bocah tersebut dengan singkat, demikian :
Hari ini kita umat kristiani memasuki masa adven (latin : adventus) artinya kedatangan. Namun dalam gereja Katolik lebih dikenal dengan masa penantian. Penantian akan kedatangan sang juru selamat kita yakni Tuhan kita Yesus Kristus. Sehingga stola dan kasula yang dipakai berwarna ungu.
Warna ungu mempunyai 4 makna : kebijaksanaan,  keseimbangan, sikap berhati-hati dan mawas diri. Itulah sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah, sebab pada masa itu semua orang Kristiani diundang untuk bertobat, berkurban, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah.

Mungkin saat ini anda sedang duduk di kursi yang gelisah, melewatkan waktu dalam keresahan, menanti seseorang yang tak kunjung tiba, atau dering kerinduan dari seberang, atau mendungnya langit yang  tak mendatangkan hujan.
Menanti adalah melewatkan waktu dalam detak kegelisahan, suatu pekerjaan berat kadang membosankan, karena jarum jam terasa begitu lambat berpindah angka.
Bila kita menunggu seseorang, berarti ada kerinduan atas orang tersebut. Dalam kerinduan kita selalu berharap dan mempersiapkan diri untuk menerimanya.
Demikian juga dengan Kerajaan Allah. Untuk itu, mempersiapkan diri merupakan  sebuah kesempatan berahmat yang seharusnya dimanfaatkan dengan bijaksana. Kalau masa ini dilewatkan begitu saja, kita akan menyesal nanti. Disini yang penting bukan kapan Kerajaan Allah itu datang, tapi apa yang mestinya kita lakukan untuk menantikan Kerajaan Allah.

Sejauh mana kita mempersiapkan diri menerima kedatangan Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan kebaikan, kedamaian dan sukacita?
Apakah kita ingin seperti lima gadis cantik nan bodoh yang lupa menyiapkan pelita saat mempelai tiba?  Bisa dibayangkan bagaimana rasanya bila anda sudah sampai di bandara dan bergegas untuk check in namun ketinggalan tiket di rumah. Semuanya akan kacau-balau. Betapa ruginya kita kalau sudah diberi waktu untuk bersiap-siap tetapi hasilnya justru nihil.
Untuk itu berjaga-jagalah.....

Selamat memasuki minggu-minggu Adven, dan selamat berefleksi. Semoga!

©johnberek99.blogspot.com

Kamis, 17 November 2016

KACANG SALAH NAMA



Kacang!!!!! Saya yakin pasti semua orang mengenalnya dan pernah mengkonsumsinya. Sebut saja kacang tanah (Arachis hypoganea), kacang hijau (Vigna radiata),  kacang kedelai (Glycine max), dan lain-lain.
Nikmatnya kacang sangat disukai mulai dari kalangan rakyat kecil sampai kepada sang penguasa. Bahkan penderita asam urat pun tak mampu menahan godaan terutama kacang tanah.
Karena kenikmatannya, maka banyak tumbuhan lain yang daging buah nya senikmat kacang, ikut disebut orang sebagai kacang.
Ahli botani telah mengolongkan kacang-kacangan termasuk famili Leguminosa atau disebut juga polongan (berbunga kupu-kupu).

Lalu bagaimana dengan Kacang Mete dan Kacang Almond? Apakah keduanya termasuk dalam famili Leguminoseae.

Buah Mete (Anacardium ocidentalle). Secara botani, tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae) maupun kacang-kacangan (Fabaceae), melainkan lebih dekat kekerabatannya dengan mangga (suku Anacardiaceae). Daun pada jambu mete merupakan daun tunggal, tumbuh pada cabang dan ranting secara selang seling, bentuk daun bulat panjang hingga oval dan membulat atau meruncing pada ujung daun. Hasil penyerbukan tidak menghasilkan polong.

Buah Almond (Prunus dulcis). Secara botani almoond/badam/amandel bukan termasuk dalam famili Rosaceae. Kata “badam” dalam bahasa Indonesia dapat pula merujuk kepada pohon yang biji buahnya dapat dibuat minyak yakni ketapang (Terminalia catappa). Buah Almond sebenarnya bukanlah golongan kacang-kacangan, tetapi buah yang berbiji.

Saya tidak tahu, kapan, di mana, dan siapa yang pertama kali menyebutkan buah mete dan buah almond sebagai kacang yang bertahan hingga saat ini?
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kacang mete dan kacang almond merupakan “KACANG SALAH NAMA”.
©johnberek99.blogspot.com