Bila masih tersimpan di ingatan anda, kurang lebih 18 tahun
tang lalu, masyarakat kota kupang pernah dihebohkan dengan kejadian penampakan
wajah Yesus maupun Bunda Maria di tembok dan kaca jendela rumah.
Beberapa waktu yang lalu masyarakat selalu
dihebohkan dengan adanya gambar binatang atau wajah-wajah di awan atau persepsi
citra agama dan berbagai tema lainnya, terutama wajah tokoh maupun simbol
agama, dalam fenomena-fenomena yang biasa dijumpai, banyak diantaranya yang
melibatkan gambar Yesus, Bunda
Maria atau Lafadz Allah. Bahkan gambar-gambar tersebut tidak hanya terdapat di
awan saja bahkan terdapat di tubuh hewan, batang pohon, maupun batu-batuan.
Dengan semakin “booming”nya batu akik, para pencinta dan
kolektor batu akik ramai-ramai memburu batu akik yang mempunyai motif seperti
wajah Yesus, Bunda Maria, Lafadz Allah, Nyi Roro Kidul, Paus Paulus, wajah
wanita, binatang, dan lain-lain.
Beberapa waktu yang lalu, dunia digemparkan dengan
terdengarnya suara di langit yang disamakan dengan bunyi terompet sangkakala di
berbagai belahan dunia. Suaranya tersebut ditafsir bermacam-macam. Hampir semua
peneliti di dunia mengatakan bahwa itu fenomena alam sedangkan para religius
mengatakan bahwa tanda-tanda bumi hendak kiamat.
Muncul pertanyaan ilmiah oleh masyarakat “apakah betul
fenomena tersebut ada?”.
Karena pertanyaan nya ilmiah, maka perlu dijawab dengan jawaban
ilmiah pula. Pernahkah anda mendengar istilah “Pareidolia dan Apophenia”?
Pareidolia
Pareidolia adalah sebuah
fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak (seringkali sebuah gambar atau
suara) yang dianggap penting. Sebagai contoh umum anda melihat gambar binatang
atau wajah-wajah di awan, pria di bulan atau kelinci Bulan, dan pendengaran
pesan tersembunyi di rekaman yang dimainkan secara terbalik.
Pareidolia menjadi penyebab seseorang melihat atau juga
mendengar dari gambaran kabur atau suara kurang jelas, seakan-akan menyerupai
sesuatu yang signifikan.
Ada sejumlah dugaan bagaimana fenomena pareidolia bisa
terjadi. Sebagian ahli mengatakan, pareidolia menghasilkan delusi yang
melibatkan indra, dalam kebanyakan kasus adalah indra penglihatan. Dan selalu
ditentukan oleh dorongan psikologis.
Di samping itu, hal yang menarik adalah kerap dalam banyak
fenomena, pareidolia berkaitan dengan religiusitas. Studi di Finlandia
mengemukakan pula, orang-orang yang religius atau yang secara kuat meyakini
kekuatan supernatural, lebih cenderung untuk melihat wajah di benda tak
bernyawa dan lanskap.
Apophenia
Apophenia
adalah kecenderungan untuk mencari pola yang berarti dalam kedua data yang
berarti dan yang tidak memiliki arti. Dalam statistik, apophenia disebut
kesalahan Tipe I, mencari pola yang sebenarnya tidak ada. Berikut contoh
kesalahan Tipe I dan kesalahan Tipe II: Bayangkan anda sedang berjalan
sendirian di hutan, lalu terdengar sesuatu di balik rerumputan. Apakah hanya
suara angin atau hewan buas yang sedang mencari mangsa? Pilihan anda akan
menentukan hidup dan mati anda.
Kalau
anda menganggap suara dibalik rerumputan tersebut sebagai hewan buas tapi
ternyata hanya suara angin, anda telah membuat kesalahan Tipe I dalam
pengertian. Disitulah anda menemukan pola yang sebenarnya tidak ada. Anda
mengaitkan (A) suara rerumputan dengan (B) hewan buas yang berbahaya, tapi
dalam hal ini A ternyata tidak terkait dengan B. Tidak merugikan. Anda
menghindar dari rerumputan tersebut, menjadi lebih waspada, dan mencari jalur
lain untuk melewati hutan.
Kalau
anda menganggap suara dibalik rerumputan tersebut hanyalah angin tapi ternyata
adalah hewan buas, anda telah membuat kesalahan Tipe II dalam pengertian. Di
situ, anda telah melewatkan pola yang sebenarnya ada. Anda gagal mengaitkan A
dengan B, dan dalam hal ini A ternyata terkait dengan B.
Jelas,
berkaitan dengan kelangsungan hidup jangka panjang, anda lebih baik keliru di
sisi yang aman dan berpikir bahwa suara yang anda dengar dibalik rerumputan
adalah hewan buas. Atau, untuk pengertian yang lebih psikologis, lebih baik
melihat pola yang sebenarnya tidak ada daripada melewatkan pola yang sebenarnya
ada.
Karena
ini, keahlian mencari pola anda memiliki kecenderungan yang tertanam untuk
mencari hubungan antara kejadian-kejadian yang sama sekali tidak berhubungan.
Sebagai contoh,anda mungkin melihat kebersesuaian antara satu mimpi dan suatu
peristiwa dalam hidup anda, dan kemudian membuat anda berpikir bahwa anda
memiliki kemampuan untuk meramal masa depan.
Sebagian orang lebih baik dalam kemampuan melihat pola dibanding orang lain, bahkan dalam noda tinta yang sama sekali tidak memiliki arti.
Sebagian orang lebih baik dalam kemampuan melihat pola dibanding orang lain, bahkan dalam noda tinta yang sama sekali tidak memiliki arti.
Orang
yang baik dalam kemampuan mencari pola lebih sering mengalami fenomena supernatural.
Hal ini dibuktikan lewat tes noda tinta yang dilakukan beberapa peneliti terhadap
beberapa orang. Mereka yang memperoleh skor tinggi dalam mencari pola dalam
noda tinta, mengaku lebih sering mengalami kejadian-kejadian aneh.
Kesimpulan
Semua
fenomena Pareidolia maupun Apophenia selalu dialami oleh banyak orang. Apabila anda
mengalami fenomena tersebut, keputusan ada di tangan anda seperti yang
dinyatakan oleh Jules Henri Poincare bahwa “Meragukan segalanya atau percaya
segalanya adalah dua hal yang sama; keduanya harus dipertimbangkan kembali.”
Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya.
©johnberek99.blogspot.com
yg penting bukan pedofilia
BalasHapus