SEJARAH SINGKAT ORANG
BELU
Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah
di Belu, manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah “Suku Melus“.
Orang Melus dikenal dengan sebutan “Emafatuk oan ema ai oan“, (manusia
penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar dan
bertubuh pendek. Selain para pendatang yang menghuni Belu sebenarnya berasal
dari “Sina Mutin Malaka”. Malaka sebagai tanah asal-usul pendatang di Belu yang
berlayar menuju Timor melalui Larantuka. Khusus untuk para pendatang baru yang
mendiami daerah Belu terdapat berbagai versi cerita. Kendati demikian, intinya
bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data.
Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari
tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus.
Nama ketiga bersaudara itu menurut para tetua adat masing-masing daerah
berlainan. Dari Makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen), Suku
Mataus (Sonbai), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma
menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan
Loro Sonbai (Dawan). Namun menurut beberapa makoan asal Besikama yang berasal
dari Malaka ialah; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Nain.
Bahwa para pendatang dari Malaka itu bergelar raja
atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang
akrab dari masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka hanya untuk
menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu cendana dan hubungan etnis
keagamaan.
Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan
dipegang oleh “Maromak Oan“ Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut
para peneliti asing Maromak Oan kekuasaannya juga merambah sampai sebahagian
daerah Dawan (Insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di Belu, Maromak
Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain
juga ada di Fatuaruin, Sonbai dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma,
Fialaran, Maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di Laran
sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali. Para pendatang di Belu
tersebut, tidak membagi daerah Belu menjadi Selatan dan Utara sebagaimana yang
terjadi sekarang. Menurut para sejararawan, pembagian Belu menjadi Belu bagian
Selatan dan Utara hanyalah merupakan strategi pemerintah jajahan Belanda untuk
mempermudah system pengontrolan terhadap masyarakatnya.
Dalam keadaan pemerintahan adat tersebut muncullah
siaran dari pemerintah raja-raja dengan apa yang disebutnya “Zaman Keemasan
Kerajaan”. Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah
adanya kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan seluruh Belu). Di Dawan ada
kerajaan Sonbay yang berkuasa di daerah Mutis. Daerah Dawan termasuk Miamafo
dan Dubay sekitar 40.000 jiwa masyarakatnya. Menurut penuturan para tetua adat
dari Wewiku-Wehali, untuk mempermudah pengaturan system pemerintahan, Sang
Maromak Oan mengirim para pembantunya ke seluruh wilayah Belu sebagai Loro dan
Liurai.
Tercatat
nama-nama pemimpin besar yang dikirim dari Wewiku-Wehali seperti Loro Dirma,
Loro Lakekun, Biboki Nain, Herneno dan Insana Nain serta Nenometan Anas dan
Fialaran. Ada juga kerajaan Fialaran di Belu bagian Utara yang dipimpin Dasi
Mau Bauk dengan kaki tangannya seperti Loro Bauho, Lakekun, Naitimu, Asumanu,
Lasiolat dan Lidak. Selain itu ada juga nama seperti Dafala, Manleten,
Umaklaran Sorbau. Dalam perkembangan pemerintahannya muncul lagi tiga
bersaudara yang ikut memerintah di Utara yaitu Tohe Nain, Maumutin dan Aitoon.
Sesuai
pemikiran sejarawan Belu, perkawinan antara Loro Bauho dan Klusin yang dikenal
dengan nama As Tanara membawahi dasi sanulu yang dikenal sampai sekarang ini
yaitu Lasiolat, Asumanu, Lasaka, Dafala, Manukleten, Sorbau, Lidak, Tohe
Maumutin dan Aitoon. Dalam berbagai penuturan di Utara maupun di Selatan
terkenal dengan nama empat jalinan terkait. Di Belu Utara bagian Barat dikenal
Umahat, Rin besi hat yaitu Dafala, Manuleten, Umaklaran Sorbauan dibagian Timur
ada Asumanu Tohe, Besikama-Lasaen, Umalor-Lawain. Dengan demikian rupanya
keempat bersaudara yang satunya menjelma sebagai tak kelihatan itu yang
menandai asal-usul pendatang di Belu membaur dengan penduduk asli Melus yang
sudah lama punah.
sumber : Buku Statistik Kabupaten Belu Dalam Angka
©johnberek99.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar