bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Kamis, 06 Juli 2017

BERTANDANG KE KAMPUNG RUTENG






Compang dan Pohon Dadap
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota Ruteng yang disponsori oleh Strategic Planning and Action Strengthen Climate Resilience of Rural Communities in East Nusa Tenggara Province (SPARC) untuk melakukan cek fisik Barang Milik Negara yang berasal dari hibah program SPARC.
Kota Ruteng merupakan Ibu Kota kabupaten Manggarai yang terletak di Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selesai melakukan tugas, kami di ajak oleh bapak Rosarius Naingalis selaku koordinator SPARC kabupaten Manggarai untuk mengunjungi salah satu destinasi wisata di kota Ruteng yakni Kampung Ruteng.

Kampung Ruteng (dok. pribadi)

Kampung Ruteng merupakan kampung tradisional yang terletak di kelurahan Golo Dukal kecamatan Langke Rembong yang berjarak ± 3 KM dari pusat kota. Untuk sampai ke Kampung Ruteng dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda-4 maupun kendaraan roda-2 dengan kondisi jalan baik dengan waktu tempuh ± 10 menit.
Pada jalan masuk utama ke pusat kampung Ruteng terdapat pekuburan yang berada disisi kiri jalan dan mata air disebelah kanan jalan.
Kampung Ruteng (dok. pribadi)
Menurut Pak Ros (sapaan akrab pak Rosarius) kampung Ruteng berpola melingkar dan mempunyai dua rumah adat khas manggarai yang berbentuk kerucut yakni Mbaru Tambor dan Mbaru Gendang dengan rumah-rumah penduduk yang tersusun rapi disamping-sampingnya. Pada bagian ujung atas rumah Tambor dan Gendang diletakkan tanduk kerbau. menurut pak Ros tanduk kerbau melambangkan kerja keras dan kewibawaan/kehormatan suatu kampung.

salah satu Rumah Adat di Kampung Ruteng (dok. pribadi)
Di sekitar halaman terdapat tempat bagi pejalan kaki yang terbuat dari susunan bebatuan yang disusun secara rapi. Pada bagian tengah kampung terdapat pohon dadap, dan compang  yakni altar batu yang tersusun rapi dari batu-batu sebagai tempat persembahan dan juga kuburan para leluhur yang telah meninggal.
Natas atau halaman kampung  digunakan oleh masyarakat sebagai tempat publik untuk melakukan ritual adat atau pergelaran seni seperti tarian Caci.
Lebih lanjut, menurut pak Ros bentuk kampung melingkar ini mengandung filosofi bahwa setiap keputusan harus dilakuan secara musyawarah dan mufakat dengan duduk bersama-sama.

Bila suatu saat anda berkunjung ke kota Ruteng, jangan lupa meluangkan waktu untuk menyaksikan sendiri keindahan kampung Ruteng, sehingga ketika orang lain bercerita tentang keindahan kampung Ruteng, maka anda boleh berbangga dengan mengatakan bahwa saya telah menginjakkan kaki di sana dan menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri.
©johnberek99.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar