bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Rabu, 18 Maret 2015

Prosesi Semana Santa




Menjelang Paskah, Gereja Katolik merayakan masa pra paskah yang berlangsung selama 6 minggu (tidak termasuk hari minggu) ditambah 4 hari dari perayaan Rabu Abu atau selama 40 hari, sehingga perayaan Paskah tahun 2015 jatuh pada hari minggu, 5 Maret 2015.
Top of Form
Bottom of Form
Setiap tahun, seminggu menjelang Paskah, kota Larantuka yang merupakan ibu kota kabupaten Flores Timur provinsi Nusa Tenggara Timur merayakan Minggu Suci yang dikenal sebagai Semana Santa. Merupakan Prosesi puncak pada hari Jumat Agung atau Sesta Vera. Pusat perayaan diadakan di dua patung suci, yaitu patung Yesus Kristus (secara lokal dinamai Tuan Ana) dan patung Perawan Maria (secara lokal dinamai Tuan Ma). Kedua patung tersebut dibawa oleh misionaris Portugis Gaspardo EspĂ­rito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad 16. Patung-patung ini hanya ditampilkan kepada publik setiap hari Paskah.
Terletak di wilayah paling timur pulau Flores, Larantuka juga dikenal dengan Kota Reinha atau Tana Nagi, yang merupakan ibu kota kabupaten Flores Timur. Dari Jakarta atau Bali, kota ini dapat diakses dengan penerbangan ke Bandara El Tari di Kupang atau Bandara Wai Oti di Maumere, dan dilanjutkan perjalanan darat sekitar 3 jam menuju kota.
Kota ini memiliki pengaruh kuat kolonial Portugis dan dikenal sebagai salah satu tempat dimana agama Khatolik berkembang di Indonesia. Lebih dari empat abad, kawasan ini telah mewarisi tradisi Katolik melalui peran masyarakat umum dari pada melalui pastor. Raja Larantuka, misionaris, persaudaraan para rasul dari rakyat biasa (Confreria), suku Semana, dan suku Kakang (suku Kakang Lewo Pulo), serta suku Pou (Suku Lema) telah memainkan peran penting dalam pengembangan Katolik di wilayah Larantuka.
Dalam acara Pekan Suci ini, kota Larantuka yang biasanya tenang berubah ramai karena disesaki peziarah dan jemaat dari berbagai penjuru tanah air dan dunia.
Prosesi Semana Santa sungguh merupakan suatu tradisi yang unik dan punya daya tarik yang biasa bagi umat Katolik dari seluruh tanah air bahkan dari seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang berusaha dengan gigih untuk dapat mengikuti prosesi tersebut dan datang dari kota-kota yang jauh seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Portugal dan Philipina. Melihat perkembangan ini, pemerintah bersikap positif dan memasukkan even Semana Santa ke dalam kalender pariwisata Flores Timur untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Larantuka dan Flores secara umum.
Pada hari Senin menjelang pekan suci, sudah terlihat kemeriahan di Larantuka. Mulai dari spanduk ucapan selamat datang ke peziarah, sampai pemasangan jalur bambu di sepanjang jalan mengarah ke Katedral Renha Rosari Larantuka. Semuanya dipersiapkan dari jauh-jauh hari untuk pekan suci.
Keramaian pun semakin terlihat pada hari Kamis, dimana Patung Tuan Ma atau Bunda Maria dan Tuan Ana atau Yesus Kristus mulai dibersihkan dan dipersiapkan di Kapela, sebuah rumah ibadah. Pihak yang ditunjuk untuk melakukan ritual sakral ini disebut dengan suku Semana, suku-suku penyelenggara Semana Santa. Hanya pihak suku Semana yang diperbolehkan untuk mengurus, mendoakan, sampai mengawal langsung patung sakral tersebut.
Setelah pembukaan dilakukan, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pun dibuka untuk publik di Kapela masing-masing. Tidak sedikit masyarakat yang datang menghormati dan menghadap langsung patung tersebut. Berdoa, serta mencium patung merupakan salah satu prosesi penting dalam pekan suci di Larantuka. Suasana doa juga dikumandangkan tanpa henti di Kapela (gereja kecil).
Semana Santa dimulai dengan penyalaan lilin saat berziarah ke makam keluarga di Pemakaman Katholik Reinha Rosari. Selain berziarah, beberapa acara lainnya juga dilaksanakan seperti prosesi Jumat Agung mengelilingi Kota, pengusungan tubuh Yesus Kristus. Prosesi ini menempatkan Yesus sebagai pusat ritual dan menempatkan Ibu Maria sebagai ibu yang berkabung (Mater Dolorosa) karena menyaksikan penderitaan Yesus anaknya sebelum dan saat disalib.
Puncak acara pun terjadi saat hari Jumat Agung atau Sesta Vera, dimana dilakukan prosesi laut di pagi hari, serta arak-arak Patung Tuan Ma dan Tuan Ana dari kapela ke katedral pada sore hari sebelum misa Jumat Agung. Usai misa, masyarakat setempat melakukan ritual doa di makam leluhur, sebelum memulai prosesi doa dan arak-arakan pada malam hari.
Tepat pukul 20.00 WITA, prosesi dan arak-arakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana dimulai. Barisan peziarah pun memenuhi jalanan Larantuka, dengan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana menyertai di barisan paling belakang. Sejumlah alat sengsara atau ornamento dibawa untuk mengingatkan penderitaan Yesus. Selama malam Jumat Agung, lilin dinyalakan sepanjang 2 km di jalan dan di depan rumah penduduk yang dilalui prosesi.
Dengan lilin di tangan, para peziarah, imam, serta suster biara mengalunkan doa dan lagu pujian. Bisa dikatakan kalau prosesi ini mirip dengan prosesi jalan salib, namun berbeda dan hanya ada di Larantuka saja.
Dalam arak-arakan, rombongan peziarah berhenti di setiap Armida atau perhentian. Armida sendiri dianggap sebagai bentuk kesengsaraan Yesus dari Taman Getzemani menuju Golgota. Perjalanan yang dimulai di katedral berlangsung khidmat hingga kembali ke katedral. Suasana doa sungguh sangat terasa di Larantuka malam itu.
Pada hari Sabtunya, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pun diarak dan diantarkan kembali ke kapela masing-masing. menandakan bahwa Yesus telah dimakamkan dan bangkit dari kubur. Prosesi doa pun ditutup pada hari Minggu Paskah, dimana Yesus telah bangkit. Hari yang sangat penuh sukacita bagi kaum Nasrani.
Semana Santa dimulai dengan Trewa Rabu pada pertengahan minggu Paskah. Pada hari ini, berkumpul di Kapel Devotees dan berdoa untuk mengenang pengkhianatan Yudas Iskariot yang menyebabkan penangkapan Yesus dan shackling. Ini adalah saat dimana kota Larantuka berubah menjadi Kota Berkabung, tenggelam dalam kekhidmatan dan refleksi pemurnian jiwa.
©johnberek99.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar