bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita

Rabu, 02 Mei 2018

KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN

Bulan Nopember 2017, saya dan Pak Andy mengantar tim dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) untuk melakukan evaluasi akhir pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah, yang merupakan Program Prioritas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam perjalanan dari Kupang menuju So’e yang merupakan ibu kota kabupaten TTS, saya memberi gambaran umum kepada Tim Unibraw tentang sosial budaya dan adat istiadat masyarakat TTS pada umumnya, dengan harapan mereka nantinya dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat pada saat melakukan wawancara dengan aparat desa, pengurus dan anggota kelompok penerima manfaat, sehingga ketika melakukan wawancara mereka bisa mendapatkan data dan informasi yang akurat, obyektif, terkini, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Setiap kali kami sampai di desa yang menjadi locus, kami selalu disambut oleh kepala desa beserta pengurus dan anggota kelompok bertempat di kantor desa. Kami disambut dengan Natoni dilanjutkan dengan pengalungan selendang pada leher.

Lalu salah satu anggota Tim Unibraw bertanya kepada saya : “pak John, memangnya setiap kali kami datang ke desa, kami selalu diberi selendang?

Lalu saya menjawab : “ Ya”

Kemudian disambung oleh temannya yang lain sesama tim : “wah, kalo begitu, ketika pulang ke Malang, kita bisa bawa banyak selendangnya”.

Mendengar itu, saya hanya tertawa kecil.

Lalu saya menjelaskan kepada mereka bahwa, Natoni adalah sapaan adat sebagai ungkapan pesan yang dinyatakan dalam bentuk  syair-syair kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang penutur (atonis) yang kemudian ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping atau pengikut (na he’en) yang dimiliki oleh Suku Timor yang tersebar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Kupang.Natoni merupakan ungkapan lisan yang berisi pantun dan petuah tradisional yang sejak jaman leluhur diturunkan regeneratif, mencakup fenomena-fenomena yang terjadi, histori, batas regional suatu tempat, kata-kata sambutan, ucapan selamat datang, penyampaian maksud secara tersirat untuk melamar/meminang dan sebagainya.

Sedangkan pengalungan selembar Tais atau kain timor entah selendang, sarung, atau selimut, digunakan untuk menyambut kedatangan tamu. Selembar Kain Timor dimaknai untuk mengikat tali persahabatan, persaudaraan dan penghormatan kepada tamu yang baru saja tiba. Setelah pengalungan kain biasanya diikuti dengan saling berjabat tangan dan cium hidung, dan makan sirih pinang.

Tak terasa waktu seminggu  melakukan pengambilan data dan informasi telah usai, kini tiba saatnya mereka akan kembali ke Malang, saya mengantar mereka dari So’e langsung ke bandara El Tari Kupang, ketika hendak masuk ke dalam ruang check in nampak mereka melilitkan selendang pada leher  masing-masing. Melihat itu saya bertanya, “mengapa kalian melilitkan selendang pada leher” sontak saja seperti alunan koor yang mendapat perintah dari sang dirigen, mereka menjawab secara bersamaan “KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN”


©johnberek99.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar