bae sonde bae ..... yang penting beta menulis dan bercerita
Tampilkan postingan dengan label Ini Ceritaku (kusu-kusu). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ini Ceritaku (kusu-kusu). Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Maret 2020

MULUT SERIBU, LABIRIN DI TENGAH LAUT




Nusa Tenggara Timur kaya akan destinasi pariwisata untuk tujuan wisata baik wisata alam,  wisata bahari, wisata  pantai, wisata religi/ziarah, wisata sejarah, dan wisata budaya. Banyak obyek wisata yang telah dikenal baik oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sebut saja danau tiga warna atau danau Kelimutu di Ende, binatang purba Komodo di pulau Komodo, upacara Semana Santa di Larantuka, penangkapan ikan paus di Lamalera-Lembata, pantai Nembrala di Rote, festival Fulan Fehan di Belu, dan lain sebagainya.
Mengingat Nusa Tenggara Timur memiliki banyak potensi pariwasata yang belum dikembangkan yang dapat mendatangkan devisa bagi daerah dan masyarakat, maka pemerintah berupaya membangun Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (ring of beauty) melalui pengembangan sektor pariwisata dengan pendekatan kewilayaan melalui tourism estate sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian Nusa Tenggara Timur. Untuk itu pemerintah Nusa Tenggara Timur untuk 5 tahun ke depan akan mendorong pengembangan destinasi wisata baru guna menjadikan Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu gerbang dan pusat pengembangan pariwisata nasional (ring of beauty).
Salah satu destinasi Pariwisata baru dari sekian banyak destinasi pariwisata yang akan dikembang oleh pemerintah Nusa Tenggara Timur adalah obyek wisata bahari “Mulut Seribu”. Bagi yang pernah ke Mulut Seribu dan Raja Ampat di Papua Barat menyatakan bahwa keindahan Mulut Seribu hampir menyamai Raja Ampat, bahkan ada yang menyatakan bahwa Mulut Seribu merupakan replika dari Raja Ampat.

Gambaran Umum
Mulut Seribu terletak di desa Daiama Kecamatan Landu Leko Kabupaten Rote Ndao. Untuk mencapai Mulut Seribu wisatawan harus terlebih dahulu turun di Ba’a yang merupakan ibu kota kabupaten Rote Ndao. Dari Kota Kupang ke Ba’a, wisatawan harus menggunakan alat transportasi udara berupa pesawat udara, atau transportasi laut seperti ferry cepat atau ferry lambat. Lama perjalanan menggunakan pesawat uadara dari Kota Kupang ke Ba’a ditempuh dalam waktu 20 menit bila cuaca cerah. Sedangkan bila menggunakan kapal ferry maka waktu tempuh lebih lama ± 2 jam bila menggunakan ferry cepat, dan ± 4 jam bila menggunakan ferry lambat bila cuaca cerah dan gelombang kecil.
 Mulut seribu merupakan sebuah teluk dengan air yang berwarna hijau jernih dan dikelilingi karang-karang kecil yang ditumbuhi tanaman bakau, sehingga sekilas terlihat karang-karang tersebut seperti pulau-pulau kecil. Gugusan pulau-pulau kecil tersebut berjumlah 22 buah pulau, yang berbentuk selat-selat yang menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain seperti labirin, sehingga disebut Mulut Seribu. Selain itu di dalam kawasan Mulut Seribu juga terdapat endemik burung Kaka Tua Kecil Jambul Kuning serta flora dan fauna lainnya.
Foto : Suara.com
  Accessibility
Accessibility adalah kemudahan untuk dikunjungi dan memiliki jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan untuk sampai di lokasi wisata.
Untuk sampai di Mulut Seribu dari kota Ba’a, dapat dilakukan  perjalanan melalui darat sejauh ± 60 KM yang dapat ditempuh selama ± 2 jam bila menggunakan mobil. Waktu tempuh yang agak lama disebabkan infrastruktur jalan yang kurang baik, dimana masih terdapat jalan yang rusak pada ruas jalan tertentu akibat jalan dibangun melintasi bekas tanah rawa sehingga bila hujan maka jalan akan tergenang air dan menjadi rusak, namun secara keseluruhan jalan umum sudah dihotmix dan dilapen.
Di Ba’a banyak rental yang menawarkan mobil untuk disewakan. Harga sewa mobil rental di Ba’a berkisar Rp. 350.000,- sampai Rp. 500.000,- per hari. Bila menyetir sendiri biaya sewanya Rp. 350.000,- + isi bensin; bila memakai sopir rental biaya sewanya Rp. 500.000,- + uang makan sopir. Mobil yang biasa disewakan seperti Innova, Avanza, Rush, dan lain-lain.

Accommodations
Accommodations adalah kemudahan untuk mendapatkan/ada tempat penginapan yang layak, bersih dan ramah/menyenangkan.
Di lokasi wisata Mulut Seribu terdapat 2 (dua) unit homestay, dimana 1 (satu) unit homestay terdiri dari  2 (dua) kamar tidur.

Dok. Pribadi

 Attraction
Attraction (atraksi) merujuk kepada kemudahan untuk melihat atraksi  atau obyek wisata yang khas baik yang dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat setempat yang layak dan aman untuk dikunjungi wisatawan.
Destinasi wisata Mulut Seribu sudah menunjukkan adanya attraction yang sangat berarti seperti telah tersedianya spot-spot menarik untuk foto, tersedianya tangga bagi wisatawan untuk dapat sampai ke pinggir pantai, serta tersedianya tempat parkir kendaraan baik untuk mobil dan sepeda motor. Namun yang belum terlihat adalah rambu penunjuk jalan, serta taman yang indah di sekitar lokasi, untuk itu ke depan pemerintah daerah atau pemerintah desa perlu menata keindahan lokasi wisata dengan membuat taman-taman yang indah dan asri serta memasang rambu-rambu penunjuk jalan agar wisatawan merasa aman dan tidak tersesat.

Dok. Pribadi

Activity
Activity (aktivitas) merupakan kemudahan dan adanya sarana fasilitas untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan dan aman di lokasi wisata. Di lokasi Mulut Seribu belum terlihat adanya activity kecuali kegiatan festival Mulut Seribu yang yang dilaksanakan selama 3 (tiga) hari tepatnya tanggal 26 – 28 Oktober 2019 bertempat di kawasan perairan Mulut Seribu. Sejumlah kegiatan yang ditampilkan pada festival ini seperti parade perahu hias, lomba dayung, tarian masal, dan lomba memainkan alat musik petik Sasando. Namun belum diketahui apakah festival ini akan menjadi agenda tahunan atau tidak. Untuk menunjang aktivitas wisatawan perlu disediakan sarana dan prasarana untuk melakukan aktivitas berupa tempat bermain di pinggir pantai, membuat taman yang indah, membuat jogging track, dan menyediakan taman baca atau perpustakaan desa disekitar lokasi wisata. Selain itu mungkin bisa dilakukan aktivitas lain oleh masyarakat seperti memperkenalkan cara membuat gula lempeng/gula semut, cara membuat gula air, cara menyadap nira, cara menenun, dan lain sebagainya dengan tujuan wisatawan semakin senang  serta betah dan memilih untuk tinggal  lebih lama disana, maka lebih banyak uang yang dibelanjakannya membuat masyarakat mendapatkan keuntungan.

Amenities
Di lokasi wisata Mulut Seribu belum tersedia fasilitas yang menunjang perjalanan wisata seperti Bank, ATM, money  changer, kantor pos, cindera mata, pasar, toilet umum. Fasilitas yang sudah tersedia hanyalah jaringan internet dari telkomsel, dan 1 unit rumah makan/cafĂ©.

Semoga tulisan ini dapat memberi informasi bagi siapa saja yang ingin datang menyaksikan sendiri obyek wisata Mulut Seibu, Labirin di tengah laut.

©johnberek99.blogspot.com

Senin, 07 Mei 2018

SEPENGGAL SURAT BUAT ORANG TUA


Yts.     Bapa dan Mama
di – Kenisah Surgawi.

Dengan ini saya khabarkan bahwa, kami sekeluarga sehat-sehat saja. Semoga bapa dan mama serta seluruh keluarga besar juga sehat-sehat di sana.

Cucu-cucu sudah pada usia remaja, Yinni sekarang sudah kuliah di Undana Semester IV, menekuni ilmu Psikologi, salah satu bidang ilmu yang diimpikan sejak bangku SMP, katanya mau jadi psikolog seperti opa Yan.

Kemarin, Lia telah  menerima hasil  pengumuman kelulusan SMA Giovanni. Bapa dan mama bantu mendoakan cucu kedua agar dapat melanjutkan kuliah sesuai dengan pilihannya.

Sekian dulu Bapa dan mama, peluk cium dari kami sekeluarga di sini. Tak lupa titip salam kami buat opa Yan dan semua sanak keluarga yang berada di sana.

                                                                                                                                                                                                                                                        ©johnberek99@blogspot.com

Rabu, 02 Mei 2018

KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN

Bulan Nopember 2017, saya dan Pak Andy mengantar tim dari Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ke Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) untuk melakukan evaluasi akhir pelaksanaan Program Desa Mandiri Anggur Merah, yang merupakan Program Prioritas Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam perjalanan dari Kupang menuju So’e yang merupakan ibu kota kabupaten TTS, saya memberi gambaran umum kepada Tim Unibraw tentang sosial budaya dan adat istiadat masyarakat TTS pada umumnya, dengan harapan mereka nantinya dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat setempat pada saat melakukan wawancara dengan aparat desa, pengurus dan anggota kelompok penerima manfaat, sehingga ketika melakukan wawancara mereka bisa mendapatkan data dan informasi yang akurat, obyektif, terkini, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Setiap kali kami sampai di desa yang menjadi locus, kami selalu disambut oleh kepala desa beserta pengurus dan anggota kelompok bertempat di kantor desa. Kami disambut dengan Natoni dilanjutkan dengan pengalungan selendang pada leher.

Lalu salah satu anggota Tim Unibraw bertanya kepada saya : “pak John, memangnya setiap kali kami datang ke desa, kami selalu diberi selendang?

Lalu saya menjawab : “ Ya”

Kemudian disambung oleh temannya yang lain sesama tim : “wah, kalo begitu, ketika pulang ke Malang, kita bisa bawa banyak selendangnya”.

Mendengar itu, saya hanya tertawa kecil.

Lalu saya menjelaskan kepada mereka bahwa, Natoni adalah sapaan adat sebagai ungkapan pesan yang dinyatakan dalam bentuk  syair-syair kiasan adat yang dituturkan secara lisan oleh seorang penutur (atonis) yang kemudian ditemani oleh sekelompok orang sebagai pendamping atau pengikut (na he’en) yang dimiliki oleh Suku Timor yang tersebar di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Kupang.Natoni merupakan ungkapan lisan yang berisi pantun dan petuah tradisional yang sejak jaman leluhur diturunkan regeneratif, mencakup fenomena-fenomena yang terjadi, histori, batas regional suatu tempat, kata-kata sambutan, ucapan selamat datang, penyampaian maksud secara tersirat untuk melamar/meminang dan sebagainya.

Sedangkan pengalungan selembar Tais atau kain timor entah selendang, sarung, atau selimut, digunakan untuk menyambut kedatangan tamu. Selembar Kain Timor dimaknai untuk mengikat tali persahabatan, persaudaraan dan penghormatan kepada tamu yang baru saja tiba. Setelah pengalungan kain biasanya diikuti dengan saling berjabat tangan dan cium hidung, dan makan sirih pinang.

Tak terasa waktu seminggu  melakukan pengambilan data dan informasi telah usai, kini tiba saatnya mereka akan kembali ke Malang, saya mengantar mereka dari So’e langsung ke bandara El Tari Kupang, ketika hendak masuk ke dalam ruang check in nampak mereka melilitkan selendang pada leher  masing-masing. Melihat itu saya bertanya, “mengapa kalian melilitkan selendang pada leher” sontak saja seperti alunan koor yang mendapat perintah dari sang dirigen, mereka menjawab secara bersamaan “KAIN TIMOR PENGIKAT PERSAUDARAAN”


©johnberek99.blogspot.com

Senin, 05 Desember 2016

SERIBU LIMA DI MANGGARAI



 
Foto : google.com

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini mengandung arti setiap daerah mempunyai adat-istiadat, kebiasan, aturan yang berbeda. Perbedaan ini juga bisa saja menyangkut penggunaan bahasa, istilah, dan lain sebagainya. misalnya penggunaan salah satu kata, bisa saja kata tersebut mengandung arti yang baik pada satu daerah tertentu, namun bisa menjadi kata yang kurang baik di satu daerah lain. Begitu pula dengan istilah-istilah.
Bila suatu ketika anda pergi ke daerah Manggarai Raya (kab. Manggarai Timur, Manggarai, Manggarai Barat) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, hati-hati dengan penggunaan istilah di sana.
Mungkin anda pernah mendengar istilah “SERIBU LIMA” di daerah Manggarai Raya.
Pertama kali istilah ini saya dengar pada tahun 1990, ketika itu saya bersama dengan tim Survey Research Indonesia (SRI) bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI melakukan survey Tingkat Konsumsi Vitamin A pada Balita di Kota Kupang, Flores Timur dan Manggarai.
Di Ruteng yang merupakan ibu kota kabupaten Manggarai, kami menginap di Hotel Sinda. Pada malam hari, ketika kami sedang melakukan tabulasi data, tinta ballpoin saya habis, lalu saya meminta tolong kepada salah satu room boy untuk membelinya di toko terdekat.
Saya memberikan uang Rp. 5.000,- kepada room boy dengan pesan tolong belikan saya ballpoint, lalu room boy memberitahu kepada saya bahwa harga ballpoin “seribu lima” mau beli berapa kakak. Saya bingung seribu lima berarti harga ballpoin Rp. 200,-/buah. Beli 5 buah jawab saya. kemudian room boy berkata : kalo 5 buah berarti uangnya kurang Rp. 2.500,-. Kali ini saya tambah bingung, dalam hati saya berpikir, saya yang salah hitung atau room boy yang salah hitung. Untung ada sang customer service hotel yang mengamati pembicaraan kami dari tadi. Sambil tersenyum sang customer service menjelaskan bahwa di sini (Manggarai) “seribu lima” berarti Rp. 1.500,-. Setelah dijelaskan demikian baru saya mengerti.
Sambil geleng-geleng kepala saya berkata, ada-ada saja istilah disini.
©johnberek99.blogspot.com

Jumat, 02 Desember 2016

MERIAM BAMBU, MAINAN MASA KECIL


sumber foto : google image

Anda mungkin pernah memainkan meriam bambu, atau setidak-tidaknya melihatnya.
Di Kupang, meriam bambu merupakan permainan tradisonal yang biasa dimainkan pada sore hari hingga tengah malam oleh anak-anak kecil pada saat menyambut perayaan natal hingga tahun baru.
Untuk menghasilkan daya ledak yang kuat, maka biasanya dipilih bambu yang usianya sudah tua, mempunyai diameter yang besar dan ukuran batang bambu yang panjang.
Dahulu, ketika masih usia sekolah dasar, menjelang natal dan tahun baru, untuk membuat meriam bambu, kita bisanya pergi ke desa Bakunase atau desa Oetona yang banyak ditumbuhi pohon bambu.  Bambu yang diambil biasanya jenis bambu milak yang sudah tua berukuran ± 1,5 - 2 m (3 - 4 ruas) dengan diameter 5-6 inci, kemudian buku bambu dilubangi dengan menggunakan besi gali.
Ketika masih kecil, kita bertanya-tanya, bagaimana bambu yang diisi minyak tanah itu bisa menimbulkan ledakan.
Ternyata begini penjelasannya : minyak tanah yang dituang kedalam bambu, dibakar untuk menaikkan suhu di dalam ruas bambu. Setelah dirasa cukup panas, nyala api dipadamkan dengan menggunakan kain menutup lubang sulut. Setelah api padam, melalui lubang sulut api kita meniup udara ke dalamnya yang bertujuan memasukkan oksigen (O2) dan menggeser gas karbondioksida (CO2) keluar melalui lubang keluar. Uap minyak tanah akan bercampur dengan O2 yang masuk melalui tiupan. Pada kondisi ketika api disulutkan melalui lubang sulut akan terjadi penyalaan yang sangat cepat disertai ledakan dasyat. Ledakan terjadi karena terbakarnya campuran uap minyak tanah dan O2.
Namun kini meriam bambu telah ditinggalkan dan diganti dengan meriam blek, hal ini mungkin disebabkan sulit mendapatkan bambu pada saat ini, selain itu anak sekarang lebih kreatif dalam memanfaatkan hasil limbah.
Bagi anak-anak, permainan ini berguna untuk melatih kreatifitas anak dalam hal proses pembuatannya, bukan seperti permainan modern sekarang yang bisa dengan mudah dapat dibeli dimana saja. Selain itu permainan ini melatih keberanian, karena permainan ini mengandung resiko dan bahaya. Untuk itu harus tetap hati-hati dan selalu waspada dalam memainkannya.