|
Foto :http://stone-up-photography.blogspot.co.id/2015/07/kera-island-pulau-kera.html |
Anda yang tinggal dan pernah mendiami di
kota Kupang pasti tahu nama Pulau Kera.
Pulau Kera merupakan pulau kecil yang
terletaknya berhadapan langsung dengan kota Kupang, masuk dalam wilayah desa
Uiasa kecamatan Sulamu Kabupaten Kupang. Pulau ini juga masuk dalam wilayah
Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang.
Dari namanya pasti anda berpikir bahwa
terdapat banyak populasi kera atau habitat kera di pulai ini, namun pada
kenyataannya tidak demikian. Pulau
dengan luas ± 1 km2 hanya merupakan sebuah kampung nelayan yang terisolir
karena jarak antara Kota Kupang dengan Pulau Kera sedikit agak jauh yang dapat
ditempuh dengan menggunakan kapal nelayan dalam waktu 30 - 45 menit. Mengenai
nama pulau kera, hingga saat ini belum ada satu dokumen tertulis yang memuat
tentang sejarah pulau tersebut, sehingga
banyak versi kisah tentang pulau ini. namun ada satu versi cerita tentang pulau
ini yang belum semua orang mengetahuinya.
Dituturkan bahwa, dahulu orang Sabu
(salah satu suku di Provinsi NTT) hendak pergi mencari penyu di pulau yang
berbentuk bulat dengan sisi sebelah utara lebih luas dari sisi sebelah selatan
mirip seperti kerang. Namun orang Sabu sulit menyebut kata Kerang dan biasanya
kalau sebuah kata diakhiri dengan huruf konsonan (huruf mati), maka huruf
konsonan tersebut tidak dapat di ucapkan. Sehingga sebutan “kerang” menjadi
“kera”, akhirnya pulau tersebut dinamai pulau kera hingga saat ini.
Mungkin karena orang Sabu sulit menyebut
kata yang diakhiri dengan huruf konsonan (huruf mati), maka muncul banyak
cerita lucu yang beredar di masyarakat. Salah satunya yakni cerita tentang
orang Sabu yang hendak pergi ke Irian namun tak sampai juga ke sana. Diceritakan
bahwa seorang ama Sabu hendak pergi ke Irian (sekarang papua), maka ia tidak
akan sampai disana, karena orang Sabu akan menyebutnya “Iria” bukan “Irian”.
Mungkin merasa prihatin dengan orang Sabu, maka pemerintah mengganti nama Irian
dengan nama Papua, sehingga orang sabu bisa sampai ke sana. Selain itu ada
cerita demikian, ada seorang ama Sabu yang melihat temannya mengendarai sepeda
motor namun tidak memakai helem (helm), kebetulan pada saat itu, tak jauh dari situ
ada rasia kelengkapan surat kendaraan dan pengemudi (tilang), maka sang ama
mengingatkan temannya agar memakai “hele” karena di depan ada “tila” di sana.
Demikian pula dengan nama "Kapadala" salah satu Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Kota Kupang tepatnya di Kelurahan Airnona Kec. Kota Raja. Suatu ketika ada salah satu keluarga yang sedang berduka datang menghadap Kepala TPU untuk disiapkan makam untuk memakamkan salah satu anggota keluarganya yang meninggal. Kebetulan Kepala TPU dan tukang gali makam adalah orang Sabu. Sementara mereka gali, Kepala TPU bertanya "Kapan Dalam" namun lagi-lagi orang Sabu tidak bisa menyebutkan huruf konsonan pada akhir sebuah kata, maka disebutnya "Kapadala" sehingga tempatnya dinamakan "Kapadala" hingga saat ini.
Cerita di atas hanya merupakan cerita lucu
yang biasa diceritakan ketika anda pergi mete orang mati (melayat sambil
begadang di tenda duka), atau duduk nongkrong dengan teman-teman di pinggir
jalan.
©johnberek99.blogspot.com