Sistem pertanian
terpadu merupakan kegiatan memadukan pertanian dan peternakan. Salah satu
contoh dari sitem pertanian terpadu adalah Sistem Tiga Strata (STS). Sistem
tiga Strata merupakan suatu cara penanaman serta pemangkasan rumput,
leguminosa, semak, dan pohon sehingga hijauan tersedia sepanjang tahun.
Sistem Tiga Strata (STS) merupakan suatu cara penanaman dan
pemangkasan rumput, legumenosa, semak dan pohon, sehingga hijauan
makanan ternak tersedia sepanjang tahun. Metode ini pertama kali diperkenalkan
oleh Prof. Dr. I Made Nitis, seorang pakar nutrisi hewan dari
Universitas Udayana, Bali, bersama tim dari Balai Informasi Pertanian Bali, Departemen
Pertanian. Dalam penerapannya, STS ini terjadi integrasi antara tanaman pangan,
tanaman perkebunan, dan ternak.
Sistem Tiga Strata ini biasanya diterapkan pada pertanian
lahan kering yang memiliki curah hujan kurang dari 1.500 mm per tahun dengan 8
bulan musim kering, dan 4 bulan musim hujan, atau bisa juga pada pertanian
lahan kering dengan topografi yang datar ataupun miring, yang kurang produktif
untuk pertanian pangan.
Pengadopsian
sistem integrasi tanaman dan ternak sudah sejak dulu dilaksanakan oleh peternak
Bali. Hanya, komoditi pertanian yang biasanya dikembangkan di lahan kering
tersebut belum bisa mencapai produktivitasnya yang maksimal. Hal ini disebabkan
tidak tersedianya lahan khusus bagi hijauan makanan ternak.
Dalam
menerapkan STS, lahan yang dibutuhkan adalah 2.500 meter persegi, yang terdiri
dari 3 bagian, yaitu:
1.
Bagian inti seluas 1.600 meter persegi,
2.
Bagian selimut 900 meter persegi,
3.
Bagian paling pinggir mempunyai keliling 200 meter.
Bagian Inti
Bagian inti adalah lahan yang terletak
di tengah-tengah unit. Lahan ini tetap ditanami tanaman pangan seperti jagung,
cabe, kacang tanah. Tata cara penanaman pada bagian inti ini adalah seperti
yang biasa dilakukan oleh petani.
Stratum I
Bagian selimut adalah
lahan yang berada diantara bagian inti dan bagian pinggir. Pada Bagian selimut
ini ditanami rumput seperti bafel, urokloa dan panikum,
serta leguminosa seperti sentrosemia, stelo verano dan stelo
skabra.
Jenis rumput dan legume unggul ini tahan terhadap
kekeringan. Rumput dan legume ditanam
selang seling berkeliling pada pinggiran petak dan ditanam berlarik. Pada bagian selimut ini dibuat petak-petak
berukuran panjang 9 m dan lebar 5 m.
Pada petak-petak ini dibuat larikan berjarak 10 cm dengan kedalaman 1 cm
untuk ditanami biji rumput dan legume.
Larikan dibuat tegak lurus dengan kemiringan lahan sehingga biji tanaman
tidak dihanyutkan air hujan.
Rumput Panicum
ditanam dekat Centrocema karena Panicum yang tumbuh tegak merupakan panjatan bagi centrocema
yang menjalar. Panikum dan centro dapat ditanam dekat
pagar karena tahan terhadap naungan. Selain
itu centro dapat juga ditanam di
pagar karena sifatnya yang tahan naungan dan membelit. Rumput bufel
dan urokloa tumbuh bagus di
daerah terbuka, karena tidak tahan naungan.
Oleh karena itu ditanam jauh dari pagar.± 2,5 m atau lebih dari pagar
(Suarna, 1990). Jenis legume stylo verano jangan ditanam di dekat
pagar karena tidak tahan naungan. Untuk
mendapatkan produksi yang tinggi stylo
verano ditanam dekat centrocema karena
fiksasi N oleh centrocema akan
berpengaruh positif terhadap stylo
verano. Kehadiran legume pada STS sangat penting karena pada akar legume
dijumpai adanya bintil-bintil zat lemas (nodul akar) yang mengandung bakteri
yang dapat memfiksasi N atmosfer sehingga dapat menambah kesuburan lahan.
Stratum II
Semak
yang dapat dipakai adalah gamal dan lamtoro. Kedua jenis semak ini tahan
kekeringan, produksi tingginya, bernilai gizi tinggi dan mudah dikembangbiakan.
Cara penanamannya adalah ditanam berselang-seling sebagai pagar dari petak
dengan jarak 10 cm, Perkembangbiakan gamal dilakukan dengan stek. Gamal ditanam dengan kedalaman 25 cm dan
lebar 25 cm. Sedangkan lamtoro yang ditanam adalah bijinya, sedalam 5 cm. Gamal
dan lamtoro mempunyai perakaran yang dalam, lebat dan kuat sehingga dapat
menahan tanah dan kerikil dari kikisan air hujan. Cabang yang banyak dengan daun yang lebat
merupakan kanopi yang baik untuk menahan air hujan, sehingga mengurangi
sentakan air hujan yang jatuh ke tanah.
Daun yang gugur pada musim kering, merupakan humus yang dapat menyerap
air hujan, sehingga mengurangi air hujan yang merembes mengikis tanah. Pada lahan miring semak berfungsi menahan
kerikil besar dan batu yang mengelinding dihanyutkan oleh air hujan. Diantara
kedua jenis semak ini, naungan lamtoro memberikan efek yang lebih bagus
daripada gamal terhadap produksi hijauan yang ada dibawahnya. Rumput Bufel yang
tidak tahan naungan ditanam dekat dengan lamtoro akan memberikan hasil yang
lebih bagus dibandingkan dengan gamal. Hal ini berkaitan dengan perbedaan
morfologi daun sehingga jumlah sinar yang dapat dilewatkan lebih banyak oleh
lamtoro dibandingkan gamal.
Stratum
III
Bagian pinggir adalah
bagian paling luar yang sekaligus menjadi batas keliling dari satu unit STS.
Jenis-jenis Pohon yang biasa ditanam adalah Bunut, Santan dan Waru ditanam pada
jarak 5 meter di sekeliling unit tersebut. Di antara 2 pohon tersebut ditanami 50
Gamal, dan diantara 2 pohon berikutnya ditanami Lamtoro atau akasia vilosa dengan
jarak tanam 10 centimeter. Dengan demikian setiap unit STS akan dikelilingi
pagar hidup yang terdiri atas 100 semak Gamal dan 1.000 semak Lamtoro, yang
merupakan stratum kedua. Sedangkan sebanyak 14 pohon Bunut, 14 pohon Santan dan
14 pohon Waru merupakan stratum ketiga. Setelah semua jenis pohon tersebut
ditanam sesuai dengan masing-masing stratum-nya, maka setiap 2.500 meter
persegi STS akan terdapat 1.600 meter persegi tanaman pangan, 600 meter persegi
rumput dan leguminosa, 2.000 semak dan 42 pohon.
Ketiga
stratum (lapis) yang ada dalam unit STS, masing-masing mempunyai peran atau
fungsi tertentu. Stratum dua dan stratum tiga berfungsi sebagai pagar hidup,
sehingga babi hutan yang selama ini menjadi hama bagi petani maupun hewan
ternak sukar mengganggu tanaman pangan di dalam unit STS. Selain itu juga
berfungsi sebagai penahan angin kencang yang dapat merusak tanaman pangan.
Stratum
satu berperan sebagai lahan penyedia makanan bagi ternak, sehingga menghalangi
ternak merusak tanaman pangan kalau pagar (stratum dua) ditembus oleh ternak.
Pada lahan miring, stratum ini bisa menahan laju aliran air hujan sehingga
kesuburan tanah dapat dipertahankan (bintil-bintil nitrogen pada akar leguminosa
ikut menambah kesuburan tanah).
Manfaat STS
Meningkatkan persediaan dan mutu hijauan makanan ternak
Setiap unit STS terdapat 900 meter persegi rumput dan leguminosa,
2.000 semak dan 42 pohon. Dengan demikian, setiap unit STS akan meningkatkan
persediaan hijauan sebesar 48 persen. Daun legumenosa sentrosema, stelo
skabra dan stelo verano pada stratum satu; daun gamal, akasia
velosa dan lamtoro pada stratum dua mengandung protein 18–25 persen. Secara
keseluruhan untuk tiap unit, mutu pakan hijauan kan meningkat 10–15 persen.
Menyediakan hijauan sepanjang tahun
Dengan memotong stratum satu pada musim hujan, stratum dua pada
pertengahan musim kering dan stratum tiga pada akhir musim kering, maka akan
tersedia hijauan makanan ternak sepanjang tahun.
Mempercepat pertumbuhan dan reproduksi ternak
STS mampu mengurangi waktu memelihara ternak. Karena pakan selalu
tersedia, maka ternak tidak perlu digembalakan lagi sehingga waktu yang
digunakan untuk menggembala selama 20–25 menit per harinya dapat digunakan
untuk kegiatan lainnya.
Meningkatkan daya tampung
Dengan banyaknya persediaan hijauan makanan ternak, maka ternak
yang dipelihara bisa bertambah banyak. Satu unit STS dapat menampung satu ekor
sapi atau 6 ekor kambing.
Meningkatkan kesuburan tanah
Pada sistem peternakan tradisional, sapi digembalakan pada waktu
siang hari, sehingga kotorannya tersebar tidak teratur. Sedangkan STS, sapi
dikandangkan sehingga kotorannya dapat disebarkan merata pada lahan yang
ditentukan. Akar-akar sentrosema, stelo verano, stelo skabra, gamal,
lamtoro dan akasia vilosa mengandung bintil-bintil nitrogen, yang dapat
melepaskan nitrogen untuk tanaman di sekitarnya. Sedangkan akar dan daun
rumput, semak dan pohon yang melapuk juga bisa meningkatkan humus tanah.
Mengurangi erosi
Bagian selimut dan pinggir dari STS dapat menahan air hujan di
atas tanah sehingga tidak mengalir dengan deras. Dengan demikian tanah dan
batu-batu kecil tidak dihanyutkan oleh air, sehingga erosi pada tanah miring
dapat dikurangi sebesar 45 persen.
Menyediakan bibit untuk perluasan STS
Cabang-cabang semak dan pohon yang baik dapat dijadikan stek,
rumput dan leguminosa dapat disapih, atau yang meluas ke bagian inti
dapat dicabuti untuk membuat
STS yang baru. Pada tahun ketiga, setiap unit STS dapat dikembangkan menjadi
1–2 STS lagi.
Merangsang
timbulnya kegiatan penunjang
Rumput
dan legumenosa pada stratum satu, semak pada stratum dua, dan pohon pada
stratum tiga berbunga secara bergantian. Bunga ini menyediakan tepung sari dan nektar
untuk peternakan lebah madu.
Menyediakan
Kayu Bakar dan kayu
STS
juga berfungsi sebagai penyedia kayu bakar bagi kebutuhan rumah tangga. Setiap
pemangkasan semak ataupun pepohonan, daun-daunnya bisa digunakan untuk pakan
ternak sedangkan cabang-cabangnya dikeringkan untuk dijadikan kayu bakar. Satu
unit STS mampu menyediakan kayu bakar sebanyak 1,6–4,2 ton per tahun. Di
samping itu, semak maupun pohon merupakan tanaman keras (berkayu) yang baik
untuk pagar permanen dan sebagai bahan untuk pembuatan rumah.
©johnberek99.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar