Dengan kemajuan dibidang teknologi dan informatika
membawa dampak terhadap jenis-jenis permainan jaman sekaran, seperti game online yang lagi booming saat ini
yakni Pokemon Go dan jenis permainan
modern lainnya, sehingga permainan tradisonal mulai kurang diminati bahkan
tidak pernah dimainkan lagi.
Masih dalam ingatan saya ketika masih
kecil, ada satu permainan yang dikenal dengan nama Kayu Do’i. Disebut permainan
Kayu Do’i karena untuk memainkan permainan ini menggunakan 2 (dua) buah batang
kayu, dimana yang satu ukuran panjangnya ± 10 cm dan kayu yang dikenal dengan
anak kayu, yang lain panjangnya ± 30 – 40 cm yang dikenal dengan induk kayu. Anak
kayu diletakkan di letakkan melintang di dalam lubang seukuran ± 15 x 10 cm
dengan kedalamam ± 5 cm. Kemudian induk kayu dipakai untuk mengayunkan anak
kayu sehingga anak kayu melambung jauh ke depan. Mengayunkan/mencungkil kayu
tersebut yang dinamakan “do’i” (bahasa Kupang) karena untuk mengayunkannya/mencungkil
menggunakan kayu sehingga disebut “Kayu Do’i” (mencungkil kayu).
Permainan ini bisa dimainkan secara
berkelompok atau satu lawan satu, namun yang paling seru dan lasim dimainkan adalah
secara berkelompok, dimana satu kelompok melawan kelompok yang lain.
Sebelum permainan dimulai, kedua
kelompok bersepakat untuk menentukan batas nilai untuk mencapai pemenang misalnya
poin 500, 1.000 atau bisa lebih dari itu tergantung kesepakatan. Sehingga kelompok
mana yang duluan mengumpulkan nilai sampai yang telah ditentukan, maka kelompok
itu sebagai pemenangnya. Selain itu mereka juga bersepakat tentang hukuman yang
harus diterima bagi kelompok yang kalah, biasanya hukuman yang diberi adalah anggota
kelompok yang kalah harus “mendongko” (bahasa kupang) atau memanggul dari belakang
anggota kelompok yang menang.
Ketika anak kayu di cungkil dan
melambung jauh lawan harus berusaha menangkapnya, apabila dapat menangkap
dengan dua tangan maka poin 10, kalau dapat menangkap dengan menggunakan satu
tangan, maka mereka berhak bertukar giliran sebagai kelompok yang mencungkil
kayu.
Selain kelompok lawan biasa menangkap kayu
menggunakan satu tangan, maka apabila mau bertukar giliran, maka kelompok lawan
harus mampu melempar anak kayu mengenai induk kayu yang diletakkan di belakang
lubang.
Perhitungan poin dilakukan dengan dua
cara yakni : 1) pukulan doble di udara, setiap dobelan poin-nya 1, sehingga
kalau seseorang mampu mendoble-nya sampai 10, maka poin-nya 10;
2) Paling seru adalah yang biasa disebut
“Kepala Anjing” anak kayu diletakkan memanjang searah lubang dengan ujung kayu
sedikit terangkat ke atas, lalu ujung kayu yang terangkat di pukul sehingga
anak kayu melambung ke atas, kemudian anak kayu di pukul doble beberapa kali
kemudian di pukul hingga jauh. Kemudian dengan menggunakan induk kayu
menghitung dari tempat anak kayu jatuh hingga ke lubang dengan menggunakan ukuran
panjang induk kayu. Apabila jaraknya sama dengan 20 kali induk kayu dan jumlah
pukulan doble di udara 5 kali, maka nilainya 20 x 5 = 100 poin.
Namun permainan ini sudah tidak
dimainkan lagi oleh anak-anak seperti saya dulu.
Permainan ini, dahulu biasanya saya dan
teman-teman bermain di waktu sore hari sepulang sekolah dan hari-hari libur.
Bila saya mengenang kembali permainan
ini, ingin rasanya kembali ke masa saya ketika masih anak-anak dahulu.*****)
©johnberek99.blogspot.com