Menjelang Paskah, Gereja Katolik merayakan masa pra paskah yang
berlangsung selama 6 minggu (tidak termasuk hari minggu) ditambah 4 hari dari
perayaan Rabu Abu atau selama 40 hari, sehingga perayaan Paskah tahun 2015
jatuh pada hari minggu, 5 Maret 2015.
Setiap tahun, seminggu menjelang Paskah, kota Larantuka yang
merupakan ibu kota kabupaten Flores Timur provinsi Nusa Tenggara Timur merayakan Minggu Suci yang
dikenal sebagai Semana Santa. Merupakan Prosesi puncak pada hari Jumat
Agung atau Sesta Vera. Pusat perayaan diadakan di dua patung suci, yaitu
patung Yesus Kristus (secara lokal dinamai Tuan Ana) dan patung Perawan
Maria (secara lokal dinamai Tuan Ma). Kedua patung tersebut dibawa oleh
misionaris Portugis Gaspardo Espírito Santo dan Agostinhode Madalena pada abad
16. Patung-patung ini hanya ditampilkan kepada publik setiap hari Paskah.
Terletak di wilayah paling timur pulau Flores, Larantuka
juga dikenal dengan Kota Reinha atau Tana Nagi, yang merupakan
ibu kota kabupaten Flores Timur. Dari Jakarta atau Bali, kota ini dapat diakses dengan penerbangan ke Bandara El
Tari di Kupang atau Bandara Wai Oti di Maumere, dan dilanjutkan
perjalanan darat sekitar 3 jam menuju kota.
Kota
ini memiliki pengaruh kuat kolonial Portugis dan dikenal sebagai salah satu
tempat dimana agama Khatolik berkembang di Indonesia. Lebih dari empat abad,
kawasan ini telah mewarisi tradisi Katolik melalui peran masyarakat umum dari
pada melalui pastor. Raja Larantuka, misionaris, persaudaraan para rasul dari
rakyat biasa (Confreria), suku Semana, dan suku Kakang (suku Kakang
Lewo Pulo), serta suku Pou (Suku Lema) telah memainkan peran penting
dalam pengembangan Katolik di wilayah Larantuka.
Dalam acara Pekan Suci ini, kota Larantuka yang biasanya
tenang berubah ramai karena disesaki peziarah dan jemaat dari berbagai penjuru
tanah air dan dunia.
Prosesi Semana Santa sungguh merupakan
suatu tradisi yang unik dan punya daya tarik yang biasa bagi umat Katolik dari
seluruh tanah air bahkan
dari seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak di antara mereka
yang berusaha dengan gigih untuk dapat mengikuti prosesi tersebut dan datang
dari kota-kota yang jauh seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Portugal dan
Philipina. Melihat perkembangan ini, pemerintah bersikap positif dan memasukkan
even Semana Santa ke dalam kalender pariwisata Flores Timur untuk meningkatkan
kunjungan wisatawan ke Larantuka dan Flores secara umum.
Pada hari Senin
menjelang pekan suci, sudah terlihat kemeriahan di Larantuka. Mulai dari
spanduk ucapan selamat datang ke peziarah, sampai pemasangan jalur bambu di
sepanjang jalan mengarah ke Katedral Renha Rosari Larantuka. Semuanya
dipersiapkan dari jauh-jauh hari untuk pekan suci.
Keramaian pun semakin terlihat pada hari
Kamis, dimana Patung Tuan Ma atau Bunda Maria dan Tuan Ana atau Yesus Kristus
mulai dibersihkan dan dipersiapkan di Kapela, sebuah rumah ibadah. Pihak yang
ditunjuk untuk melakukan ritual sakral ini disebut dengan suku Semana,
suku-suku penyelenggara Semana Santa. Hanya pihak suku Semana yang
diperbolehkan untuk mengurus, mendoakan, sampai mengawal langsung patung sakral
tersebut.
Setelah pembukaan dilakukan, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pun dibuka untuk publik di Kapela masing-masing. Tidak sedikit masyarakat yang datang menghormati dan menghadap langsung patung tersebut. Berdoa, serta mencium patung merupakan salah satu prosesi penting dalam pekan suci di Larantuka. Suasana doa juga dikumandangkan tanpa henti di Kapela (gereja kecil).
Setelah pembukaan dilakukan, Patung Tuan Ma dan Tuan Ana pun dibuka untuk publik di Kapela masing-masing. Tidak sedikit masyarakat yang datang menghormati dan menghadap langsung patung tersebut. Berdoa, serta mencium patung merupakan salah satu prosesi penting dalam pekan suci di Larantuka. Suasana doa juga dikumandangkan tanpa henti di Kapela (gereja kecil).
Semana Santa dimulai dengan penyalaan lilin saat berziarah
ke makam keluarga di Pemakaman Katholik Reinha Rosari. Selain berziarah,
beberapa acara lainnya juga dilaksanakan seperti prosesi Jumat Agung
mengelilingi Kota, pengusungan tubuh Yesus Kristus. Prosesi ini menempatkan
Yesus sebagai pusat ritual dan menempatkan Ibu Maria sebagai ibu yang berkabung
(Mater Dolorosa) karena menyaksikan penderitaan Yesus anaknya sebelum
dan saat disalib.
Puncak acara pun
terjadi saat hari Jumat Agung atau Sesta Vera, dimana dilakukan
prosesi laut di pagi hari, serta arak-arak Patung Tuan Ma dan Tuan Ana dari
kapela ke katedral pada sore hari sebelum misa Jumat Agung. Usai misa,
masyarakat setempat melakukan ritual doa di makam leluhur, sebelum memulai
prosesi doa dan arak-arakan pada malam hari.
Tepat pukul 20.00 WITA, prosesi dan
arak-arakan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana dimulai. Barisan peziarah pun memenuhi
jalanan Larantuka, dengan Patung Tuan Ma dan Tuan Ana menyertai di barisan
paling belakang. Sejumlah alat sengsara atau ornamento dibawa untuk
mengingatkan penderitaan Yesus. Selama malam Jumat Agung, lilin dinyalakan sepanjang 2 km di
jalan dan di depan rumah penduduk yang dilalui prosesi.
Dengan lilin di tangan, para peziarah,
imam, serta suster biara mengalunkan doa dan lagu pujian. Bisa dikatakan kalau
prosesi ini mirip dengan prosesi jalan salib, namun berbeda dan hanya ada di
Larantuka saja.
Dalam arak-arakan, rombongan peziarah
berhenti di setiap Armida atau perhentian. Armida sendiri dianggap sebagai
bentuk kesengsaraan Yesus dari Taman Getzemani menuju Golgota. Perjalanan yang
dimulai di katedral berlangsung khidmat hingga kembali ke katedral. Suasana doa
sungguh sangat terasa di Larantuka malam itu.
Pada hari Sabtunya, Patung Tuan Ma dan
Tuan Ana pun diarak dan diantarkan kembali ke kapela masing-masing. menandakan
bahwa Yesus telah dimakamkan dan bangkit dari kubur. Prosesi doa pun ditutup
pada hari Minggu Paskah, dimana Yesus telah bangkit. Hari yang sangat penuh
sukacita bagi kaum Nasrani.
Semana
Santa dimulai dengan Trewa Rabu pada pertengahan minggu Paskah. Pada
hari ini, berkumpul di Kapel Devotees dan berdoa untuk mengenang
pengkhianatan Yudas Iskariot yang menyebabkan penangkapan Yesus dan shackling.
Ini adalah saat dimana kota Larantuka berubah menjadi Kota Berkabung,
tenggelam dalam kekhidmatan dan refleksi pemurnian jiwa.
©johnberek99.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar