Sore itu, matahari "Si penguasa siang" mulai bergeser
meninggalkan tempatnya karena sebentar lagi bulan "Sang penguasa malam" akan datang menunjukkan kekuasaannya. Malam mulai menghampiri kota Jakarta. Di sepanjang jalan Antara, pedagang kaki lima mulai mengatur
barang jualannya di atas trotoar dan emperan toko, warung kaki lima mulai dibuka, penjual kopi dan minuman ringan sibuk berkeliling menawarkan dagangannya kepada setiap orang yang dijumpainya, dan kehidupan dunia
malam pun dimulai.
Begitu pula dengan penghuni kota yang
lalu-lalang, hili-mudik, ada yang berjalan sambil mencari barang kebutuhan, ada
juga yang hanya sekedar jalan-jalan santai sambil mejeng dan mencari/menikmati
hiburan malam, ada yang baru pulang kerja, adapula yang baru pergi kerja.
Tak jauh di belakang lapak pedagang kaki
lima, beberapa wanita muda dan wanita setengah tua duduk di atas tembok
pembatas. Dandanannya cukup menor dan menarik perhatian orang yang sedang melintasi
jalan tersebut. Rambut dilepas terurai, gincu berwarna mencolok menghiasi bibir
mereka yang sedang menikmati sebatang rokok sampoerna merah, mengenakan baju
ketat dan rok pendek sambil duduk berpangku kaki sehingga bagian pangkal
kelangkang terlihat samar-samar di tutupi celana dalam yang tipis. dengan gaya
genit mereka saling berlomba memikat orang yang lewat agar bisa ditemani atau
dipijat dengan tawaran “ mas, gue temani jalan-jalan” atau “ayo mas, mijit”.
Selang beberapa waktu datang seorang
pria setengah tua, bergaya parlente menghampiri salah satu wanita yang
tergolong muda diantara teman-temannya, mereka saling ngobrol diselingi dengan
tawa kecil sambil saling colek satu-sama lain. Mungkin gaya transaksi dunia malam
seperti itu, tak lama kemudian mungkin sudah ada “deal” harga, keduanya
beranjak dari tembok pembantas sambil berpelukan berjalan menuju salah satu
hotel terdekat di sekitar situ.
Detak jantung jalan Antara, siang maupun
malam terpacu dengan cepat dan tak ada kesunyisenyapan terlihat di sana.
©johnberek99.blogspot.com