Jika kekayaan adalah rahasia kebahagiaan, tentu
orang-orang kaya akan menari di jalan, tapi hanya anak-anak miskinlah yang
melakukannya.
Jika kekuatan memang menjadi keamanan, tentu
orang-orang penting yang jalan tanpa pengawalan, tapi hanya mereka yang hidup
sederhana yang bisa tidur nyenyak.
Jika kecantikan dan kepopuleran memang
membawa kita pada hubungan yang ideal, tentu para selebritis pasti punya
perkawainan yang ideal.
Sekilas pesan yang akan
disampaikan dalam cerita ini adalah “Hiduplah sederhana, berjalanlah dengan
rendah hati, dan mencintailah dengan tulus”
Yang menjadi
pertanyaan, apakah mungkin kita mampu menjalaninya?
Kita sering terjebak
dalam pola hidup hedonis yakni pandangan yang menganggap kesenangan dan
kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Gaya hidup hedonis
terbentuk oleh sifat, karakter serta mental seseorang yang memandang
terbutuhnya kepuasan fisik dan mental dengan parameter ada banyak atau
sedikitnya harta atau uang yang dipunya.
Manusia
moderen saat ini begitu tenggelam dalam arus materialisme, sehingga seolah-olah
tidak ada lagi ruang dalam pikiran dan hati untuk memahami dengan jelas apa itu
: kesederhanaan. Orang sepertinya merasa takut sekali terhadap ajakan
untuk hidup sederhana. Kesederhanaan dipahami sebagai ajakan untuk menerima
dengan realistis keadaan hidup miskin yang sedang dialami. Padahal hidup
sederhana berarti usaha menghayati hidup sesuai dengan kebutuhan yang wajar.
Memang
kita tidak bisa menyangkal, bahwa kita sedang hidup dalam suatu dunia yang
sangat mendewakan materi. Hampir segala aspek kehidupan kita diukur secara
nominal. Arus materialisme yang sangat kental ternyata dapat mematikan begitu
banyak nilai bajik yang justeru penting untuk membentuk mutu hidup manusia.
Misalnya, hilangnya makna pelayanan karena setiap jenis tugas yang mau
dijalankan, orang selalu mengharapkan imbalan jasa dengan bersandar pada
prinsip uang bensin, uang rokok, uang lelah, uang administrasi, dan lain sebaginya. Sepertinya
orang sudah tidak dapat membedakan pekerjaan mana yang memang seharusnya
mendapat imbalan, dan pekerjaan mana yang memang merupakan kesempatan
untuk melayani/membantu.
Hidup
sederhana juga membantu kita untuk tidak merasa gelisah sekali melihat orang
lain tampil lebih dari kita dalam hal memiliki, entah memiliki bakat dan
kepribadian yang baik dan menarik, atau memiliki banyak harta.
Kalau kita telanjur terperangkap dalam ”hasrat” untuk memiliki segala -
galanya, maka kita pasti akan mengalami rasa tidak tenang. Kita akan mudah
mengidap penyakit hati seperti, sakit hati atau iri hati melihat orang lain
mengalami kesuksesan dalam hidupnya.
Dengan
demikian ia sama seperti seorang pangeran atau permaisuri yang hidup di atas
menara gading berlantai duri. Melukai dan menyakitkan sehingga menghalau
kebagiaan dari hidupnya. Kalau sampai tidak bisa merasa bahagia di atas menara
kelimpahan itu, berarti sangat jelas bahwa menara itu telah dibangun dengan
cara yang kotor atau tidak wajar. Pilihan bijaksana untuk dapat mengecap
kebahagiaan di tengah dunia yang berlimpah dalam segalanya adalah hidup
menurut kebutuhan yang nampak sederhana tetapi mampu membersitkan rasa bahagia
dalam hidup ini.
Salam dan doa
dari seorang sahabat
untuk para sahabatnya.
©johnberek99.blogspot.com