Foto: nuansa-baru.com |
Kita semua pasti mengenal ayam
kampung atau ayam bukan ras (Buras) [Gallus gallus domesticus] yang telah
terkenal di seluruh pelosok nusantara. Ayam buras dipelihara oleh sebagian
besar masyarakat pedesaan untuk memenuhi sumber protein hewani baik daging
maupun telur bagi keluarganya.
Ayam buras berkembang biak dengan
cara bertelur, dan dari telur yang dihasilkan ada yang dimanfaat untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, dan adapula ditetaskan untuk meningkatkan populasi.Untuk
sampai pada penetasan telur ayam, maka telur perlu dierami terlebih dahulu baik
oleh induk ayam atau menggunakan mesin tetas selama 21 hari atau 3 minggu.
Nah, tahukah anda, bagaimana cara
anak ayam memecahkan telur saat menetas?
Kulit telur (cangkang) ayam
memiliki struktur yang kuat sehingga sulit dipecahkan. Cangkang yang kuat ini
disebabkan karena adanya peran Protein Osteopontin. Semakin tinggi kandungan
protein osteopontin semakin tebal dan kuat cangkang telur.
Namun seiring dengan berjalannya
waktu pengeraman, kandungan protein osteopontin akan berkurang kadarnya
sehingga menyebakan cangkang menipis sehingga memudahkan anak ayam
memecahkannya lalu keluar.
Sekitar 3 hari sebelum penetasan selesai, proses meretakkan (Pipping) cangkang
akan dimulai. Pipping adalah saat anak ayam dalam telur mulai mematuk cangkang
untuk keluar dari telur. Peretakan bagian dalam terjadi ketika anak ayam
menerobos masuk ke dalam kantung udara dan mulai bernafas.
Sedangkan peretakan bagian luar terjadi ketika anak ayam menerobos
cangkang. Pada saat inilah kandungan protein osteopontin telah berkurang
kadarnya sehingga membuat cangkang menjadi tipis selain itu anak ayam menarik
kalsium dan mineral lainnya dari cangkang, menyebabkan cangkang menjadi rapuh
dan membuatnya lebih mudah untuk dipecahkan.
Semakin mendekati waktu menetas, dan embrio tidak bisa lagi mendapatkan
cukup oksigen melalui pori-pori cangkang, ia akan menggunakan gigi telur untuk
membobol kantung udara yang berada di bagian ujung tumpul dari telur. Di sana
ia akan mendapatkan oksigen yang cukup hingga waktunya untuk keluar dari
cangkang. Otot untuk melakukan peretakan terdapat di belakang leher burung
kecil ini akan mulai kejang, memberikan cukup dorongan bagi anak ayam untuk
melakukan peretakan melalui membran luar cangkang, kemudian melalui cangkang
itu sendiri untuk membebaskan diri.
Adanya kandungan protein
osteopontin dalam telur ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marc McKee, salah satu peneliti sekaligus
profesor biologi sel Universitas McGill yang dimuat dalam Jurnal Science Advances,
sebagaimana dikutip dari Newsweek, Sabtu (31/3/2018.
Mereka memperoleh kesimpulan demikian setelah mengambil sejumput tipis
lapisan kulit telur. Selanjutnya, lapisan tersebut ditaruh di bawah mikroskop
yang canggih demi mendapatkan hasil yang akurat.
Mikroskop tersebut mampu mengamati hingga struktur nano sehingga
konsentrasi mineral pada kulit telur pun bisa terlihat.
Dari pengamatan tersebut, didapatkanlah protein osteopontin, sebagai
struktur nano cangkang telur. Ketakjuban terhadap cangkang telur pun
dilontarkan para peneliti. Pasalnya, hanya butuh waktu sekejap untuk membentuk
struktur cangkang telur yang begitu kompleks.
McKee bahkan menyatakan, pembuatan cangkang telur sebagai sistem
mineral tercepat yang pernah dikerjakan organisme hidup.
“Seekor ayam petelur membentuk cangkang telur seberat 0,2 ons selama 17
jam, dan itu hampir tiap hari,” imbuh McKee.
©johnberek99@blogspot.com